Mamuju – Ditengah kesibukan para awak media menyajikan informasi terkait proses tahapan Pemilukada, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar mengajak sejumlah insan pers untuk berdiskusi terkait kebijaan media untuk menjadi jurnalisme sehat.
Diskusi yang mengangkat tema “Membangun Jurnalisme Sehat di Pemilukada” ini mengahadirkan langsung Sekjen AJI Indonesia, Arfi Bambani bersama Direktur Radar Sulbar, Mustafa Kufung sebagai pembicara dan dipandu langsung Ketua AJI Kota Mandar, Sudirman Samual, di Warkop 89 Mamuju, Senin 7 November.
Dalam pengantarnya, Direktur Radar Sulbar, Mustafa Kufung mengatakan dalam momentum pemilukada, media hadir untuk menyediakan panggung, sehingga semua calon kandidat dapat memakai penggung tersebut.
” Tidak dapat dipungkiri, dari beberapa calon kandidat menanggapi pemberitaan di media pasti ada yang merasa pemberitaan yang tidak seimbang, tetapi pada dasarnya media itu selalu memberikan pemberitaan yang berimbang, apalagi kami yang berada di bawah bendera fajar grup, kita selalu memberi porsi yang sama. Ibarat panggung kita hanya menyediakan itu, tinggal kita lihat siapa yang bisa memainkan panggung ini, untuk lebih bagus dan menarik,” ucapnya.
Kata dia, dalam tugas-tugas Jurnalistik, wartawan selalu mencari angel yang lebih menarik, untuk dijual pada media, dan inilah yang selama ini dipakai radar sulbar.
“Untuk terbitan Senin 7 November pada halaman utama itu semua calon hadir disitu, ini sebagai bukti kami selalu lakukan perimbangan. Namun walau demikian, pasti ada saja pasangan yang kurang puas, tetapi kita juga berharap semua calon kandidat di sulbar ini dapat memanfaatkan media,” sambung Mustafa.
Sementara, Sekjen AJI Indonesia, Arfi Bambani menyebutkan, wartawan memiliki preevalance atau kelebihan khusus daripada masyarakat yaitu sebagai awak media dapat mengakses informasi secara lebih baik.
“Itu menjadi tanggung jawab moral kita kepada pembaca untuk menyampaikan informasi yang benar,” katanya.
Media massa di Indonesia hari ini, sebenarnya melakukan endorsmen, menyatakan dukungan tetapi tidak terbuka atau tak transparan.
“Apa yang dilakukan beberapa media di amerika mengajarkan kita bahwa media boleh berpihak tetapi secara ubertanggung jawab dab transparan. Tempatnya adalah pada kolom editorial, bukan pada berita. Jadi ada berita, ada editorial. Di berita itu selalu menggunakan standar jurnalisme, berimbang dan 5W 1H, tetapi dalam editorial, bisa menunjukkan keberpihakan tapi pada kepentingan publik atau masyarakat banyak,” ujarnya.
Tapi, lanjutnya, keberpihakan dalam konten berita itu sesungguhnya lebih buruk. Media harus tetap berupaya memberikan keberimbangan pemberitaan,” ujarnya. (***)