Membincang Sumpah Pemuda
Polewali, mandarnews.com – Dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda Tahun 2018, Harian Rakyat Sulsel Biro Sulawesi Barat menghelat Diskusi Warung Kopi di Warkop Raja Kelurahan Madatte Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Selasa (30/10/2018).
Mengusung tema Refleksi Sumpah Pemuda: Peluang dan Tantangan Generasi Muda dalam Dinamika Kehidupan Berbangsa, diskusi ini dihadiri oleh kurang lebih 100 orang yang didominasi oleh mahasiswa.
Hadir sebagai pemateri Komandan Distrik Militer (Dandim) 1402/Polmas Letnan Kolonel (Letkol) Arh Dedi Setia Arianto, Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Polewali Mandar Komisaris Polisi (Kompol) Mihardi, Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Polewali Mandar Syabri Syam, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Polewali Mandar Jamar Jasin Badu, dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Barat Andi Rannu yang bertindak selaku moderator.
“Sumpah Pemuda ini lahir dari sebuah pemikiran generasi muda pada zamannya dan itu tidak datang atau muncul tiba-tiba pada tahun 1928,” ujar Dandim 1402/Polmas Letkol Arh Dedi Setia Arianto.
Ia melanjutkan, lahirnya Sumpah Pemuda didahului oleh proses-proses yang diinisiasi oleh generasi muda, dimulai dari berdirinya Budi Utomo, Kongres Pemuda pertama sampai dengan Kongres Pemuda kedua yang menghasilkan tiga ikrar yang sampai saat ini disebut sebagai Sumpah Pemuda.
Anggota DPRD Polewali Mandar Jamar Jasin Badu dalam kesempatan tersebut menguraikan tentang era kompetisi digital yang tengah dihadapi saat ini.
“Era kompetisi digital yang diwariskan ke kita adalah sebuah semangat namun berbeda fase, berbeda tempat, dan berbeda situasi,” sebut Jamar.
Makna di balik semangat dikatakan oleh Jamar Jasin Badu adalah kesinambungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jangan berbicara tentang hal itu jika tidak ada filter yang mengikat kita, yaitu etika, moralitas, dan agama,” tegas Jamar.
Kepala BNNK Polewali Mandar Syabri Syam lewat diskusi tersebut menjelaskan tentang salah satu permasalahan yang tengah dihadapi pemuda saat ini, yaitu narkoba.
“Sebagaimana data BNN didapatkan bahwa korban penyalahgunaan yang hampir tiap hari ditemukan meninggal di Indonesia berusia 10-50 tahun, tentunya ini sangat membahayakan. Siapa yang mau jadi TNI, Polri, atau anggota dewan kalau begitu?” kata Syabri Syam.
Wakapolres Kompol Mihardi mengajak semua yang hadir untuk merenungkan refleksi Sumpah Pemuda dalam kehidupan saat ini, apakah kita telah berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu sekarang.
“Menurut pemikiran kami, yang dikatakan berbangsa dalam Sumpah Pemuda adalah kita berada dalam satu ikatan, lahir dan batin berjuang bersama untuk yang satu. Kita juga mengaku berbahasa yang satu walaupun hari kita mungkin lebih menyenangi menggunakan bahasa lain selain Bahasa Indonesia, mungkin alasannya ingin dikatakan lebih bergaya,” jelas Wakapolres Kompol Mihardi.
Kompol Mihardi menambahkan, hal inilah yang patut kita jawab bersama sebagai bahan refleksi. Perlukah kita untuk melakukan Sumpah Pemuda ulang?
Reporter : Ilma Amelia