Padang, rilis AJI – Antara fitnah, dusta, berita bohong dan informasi palsu berkelindan dalam keseharian 132 juta masyarakat Indonesia yang menggunakan internet. Hoax, begitu informasi berbahaya itu dikenal luas. Berbagai upaya dilakukan cendekia, praktisi dan akademisi komunikasi.
Di kalangan cendekia dan akademisi, kampanye melawan hoax terus dilakukan, dari ruang kelas hingga seminar-seminar. Namun bagi jurnalis, beban ini lebih berat. Sebab, merekalah yang bersentuhan langsung dengan sumber informasi, dan mempublikasikan informasi.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama Embassy Of Australia menggelar berbagai program untuk meningkatkan kualitas para jurnalis melawan hoax yang menyebar dengan cepat di internet.
Ketua AJI Indonesia, Suwarjono, menggambarkan betapa mengerikannya hoax menggerogoti 132 juta kepala manusia, padahal mereka membutuhkan informasi yang akurat dan menjadi rujukan. Menurut data yang dia peroleh dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, ada 42.000 lebih media online yang setiap hari berseliweran di dunia maya.
“Dari 42.000 media online itu hanya, 5 persen saja yang menerapkan etika dan standar Jurnalistik, selebihnya tak dikelola dengan bertanggung jawab,” ujar Suwarjono saat membuka Workshop Etik dan Profesionalisme Jurnalis di Kota Padang, Jumat (21/4/2017).
Workshop tersebut merupakan pembekalan bagi peserta Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI Indonesia di Padang yang diikuti 25 peserta dari enam AJI kota.
“Kami sangat mengapresiasi support serius dari Kedubes Australia ini, ini upaya untuk menjadikan jurnalis yang semakin profesional yang menjaga media kita, menjadi dipercaya masyarakat,” jelas Suwarjono.
Sementara itu, First Secretary Media and Strategic Communication, Australian Embassy, Laura Kemp, saat sambutan mengatakan, kemajuan kebudayaan dan peradaban berbanding lurus dengan kemajuan dan berkualitasnya jurnalisme di tempat tersebut.
“Uji Standar Kompetensi memberikan sertifikasi formal kepada banyak jurnalis Indonesia, dan Kedutaan Besar Australia bangga turut serta dalam proses ini,” kata Laura.
Menurutnya, dengan UKJ, kualitas jurnalisme dan jurnalis di Indonesia bisa ditingkatkan dengan baik.
“Kami sangat senang bertemu dengan jurnalis berkualitas dari Sumatera Barat dan sekitarnya, kami percaya bahwa peserta akan memperoleh manfaat besar dari uji kompetensi,” jelas Laura.
Laura juga mengatakan, ini merupakan tahun pertama kerjasama Australian Embassy, AJI Indonesia dan Dewan Pers untuk uji kompetensi, namun sebelumnya, sudah banyak kerjasama peningkatan kapasitas jurnalis dilakukan.
“Kami sudah melakukan berbagai kerjasama, seperti Banking Journalist Academy, baik di Jakarta maupun wilayah lndonesia,” kata Laura.
“AJI dan Dewan Pers merupakan rekan yang penting dan kami berharap untuk melakukan Iebih banyak, kerja sama dl tahun-tahun mendatang,” katanya.
Workshop tersebut menghadirkan pemateri Ketua AJI Indonesia, Suwarjono, jurnalis senior dan pendiri AJI, Hasudungan Sirait, Majelis Etik AJI Indonesia dan koresponden The Jakarta Post Sumatera Barat, Syofiardi Bachyul, dan Hendra Makmur, Wakil Koordinator Wilayah Sumatera AJI dan koresponden Media Indonesia.
Setelah workshop, keesokan hari akan dilangsungkan UKJ selama dua hari yang diikuti peserta dari Padang, Palembang, Pekanbaru, Lampung, Jambi dan Batam. Mereka akan mengikuti UKJ di berbagai jenjang, mulai muda, madya hingga utama. AJI menyiapkan lima penguji untuk UKJ, selain Hasudungan, Syofiardi dan Hendra, juga ada Jajang Jamaluddin, jurnalis Tempo yang juga pengurus Sekolah Jurnalis AJI serta Pemimpin Redaksi Padang TV, Nashrian Bahzein.(*)