Mengunjungi kakak yang sedang studi di Adelaide Australia membuat saya sedikit banyak punya waktu untuk melihat-lihat suasana dan tempat-tempat menarik di kota yang terletak di bagian selatan wilayah Australia tersebut.
Dari sekian banyak tempat yang telah saya kunjungi, saya akan mencoba berbagi pengalaman yang cukup berkesan saat mendatangi sebuah kebun binatang di pinggiran kota Adelaide, CLELAND WILDLIFE PARK.
Cuaca cukup bersahabat ketika kami, saya dan keluarga kecil kakak meninggalkan Flat(semacam tempat kos yang disediakan oleh pemerintah/swastasetempat) kami di Marion Road. Jarum jam menunjukkan angka 08.30 waktu setempat saat kami menyusuri trotoar menuju Bus Stop, tempat pemberhentian Bis untuk mengambil penumpang dan menurunkan penumpang.
Bus stop di Adelaide dapat ditemukan setiap jarak kurang lebih 20 meter dari Bus stop yang lain. Selang beberapa menit kemudian Bus datang. Bus datang secara teratur setiap limabelas menit pada hari-hari biasa, dan setiap jam pada hari sabtu dan minggu. Jadi kita tidak perlu kuatir akan ketinggalan Bus.
Bus yang kami tunggu datang. Kami pun naik dengan tergesa.Karena Bus disana sama juga situasinya dengan di Jakarta tetap berjalan pelan sekalipun penumpang masih naik turun.Bus lalu mengantar kami ke Adelaide Arcade dan dari sana kami akan berganti Bus menuju Crafer’s Park ‘n Ride. Perjalanan belum berhenti sampai di situ. Masih harus ganti Bus lagi dari Crafers menuju Cleland. Letak Cleland Wildlife Park memang cukup jauh dari Marion Road tempat kami tinggal.
Sepanjang jalan sejak meninggalkan Marion Road menuju Cleland Wildlife Park saya menangkap kesan bahwa warga Australia cukup ramah terhadap pendatang asing seperti kami. Mungkin karena penduduk Australia terdiri dari berbagai macam Ras, mulai dari penduduk Asli Aborigin,penduduk kulit putih, dan imigran kulit berwarna yang berasal dari wilayah Asia dan Afrika, seperti China, India, Pakistan, Palestina,Iran, Zimbabwe,dls. Sehingga warga negara Asli cukup familiar dan welcome terhadap pendatang seperti kami.
Tak terasa kami sudah memasuki kawasan Cleland Wildlife Park.Jalanan mulai menanjak dan berbelok-belok. Di kiri kanan jalan jurang yang cukup dalam. Jika tadi kami disuguhi pemandangan kota yang sarat dengan gedung Kuno dan Modern di tata apik, kini kesejukan dn kehijauan pepohonan semata. Pohon-pohon besar seakan menjadi pagar bagi lereng gunung di selanya semak-semak liar menebal menambah kesan sejuk sejauh mata memandang.
Meki demikian kadang juga diselingi tebing bebatuan yang merapat ke pinggir jalan. Pemandangan yang sangat memukau dan menakjubkan. Sepintas saya teringat perjalanan ke Mamuju dari Majene.
Akhirnya perjalanan yang menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam itupun terhenti tepat di sebuah Bus Stop bernomor duapuluh Tujuh, dengan bangku panjang dan atap terpanjang yang saya lihat selama saya mengamati setiap Bus Stop dalam perjalanan menuju cleland ini.
Kami turun dengan kepala sedikit pusing oleh jalanan yang berkelok-kelok tadi. Kami segera melanjutkan langkah menuju ke gerbang yang bertuliskan "Cleland Wildlife Park,"yang disampingnya terpajang gambar koala yang duduk di pohon sambil mengunyah daun,gambar Kanguru setengah berbaring, dan gambar Emus binatang yang mirip burung unta.Ketiga gambar hewan tersebut menjadi semacam Icon yang mewakili binatang Asli benua Australia. Kami mengambil beberapa gambar di luar. Lalu kami masuk ke dalam, dimana kami akan melakukan pendaftaran sebagai pengunjung.
Biaya pendaftaran masuknya 5 dollar per orang. Biaya yang cukup murah jika di bandingkan dengan tempat lain yang bisa mencapai 30 dollar.
Ternyata di dalam pengunjung sudah ramai. Kami lalu masuk ke dalam antrian. Di sini beberapa perbedaan karakter berbagai bangsa nampak tanpa disadari. Ada yang berdiri tenang dalam antrian. Ada pula yang beteriak saling memanggil.Ada pula yang mondar-mandir dalam antrian seolah tidak sabaran. Dan umumnya yang antri dengan tenang adalah pengunjung dari Eropa. Dan yang membuat gaduh serta tidak teratur itu umumnya oleh pendatang dari Asia.
Setelah tiba giliran rombongan kami di loket antrian kami membayar, lalu oleh petugas kami diberi selembar peta yang menggambarkan secara lengkap situasi di Cleland Wildlife Park, dan sekantong makanan untuk hewan-hewan penghuni Park.
Berdasar peta di tangan kami mulai berkeliling Park. Mula-mula kami ke kandang Kangguru. Dalam perjalanan menuju ke kandang Kanguru, hewan yang selama ini hanya bisa saya lihat gambarnya di buku-buku yang dibeli oleh ayah sewaktu saya masih kecil, kini akan saya saksikan dengan mata kepalaku sendiri langsung pada habitat aslinya, kami bertemu tikus yang cukup besar, berjalan lamban dan santai. Tidak terlihat ketakutan sama sekali.
Mungkin karena sudah sering melihat manusia berlalu lalang disekitarnya.Sekitar lima menit kami tiba di kandang kanguru.
Dan…waow, di dekat semak-semak, diatas rumput kering, berbaringlah si Pimadona cantik itu. Sejenak rasa haru melindas hati saya. Akhirnya ya Allah, saya bertemu mahluk cantik itu, disini, di tempat yang pernah kuanggap takkan pernah terjangkau sekalipun hanya dalam mimpi indah penghias tidur malam.
Dan my God, ketika kami datang secara ajaib Kanguru itu berdiri dan memandangi kami satu persatu, seolah-olah hendak mengucapkan selamat datang secara spesial. Berbekal sekantong makanan dari petugas kamipun memanggil pelan dan menyodorkan makanan. Beberapa ada yang mendekat. Dan yang lain ada yang berdiri saja. Ada pula yang berjalan menjauh.
Setelah memuaskan rasa penasaran terhadap ingatan masa kecilku, tentang mahluk cantik ini, kami-pun berjalan lagi ketempat hewan lainnya.
Kami ke kandang koala.Kandangnya di buat bentuk seperti rumah yang dikelilingi oleh pagar batu setinggi pinggang orang dewasa. Sekeliling pagar ditanami oleh pohon Kayu Putih, yang kulitnya bisa dibuat minyak kayu putih.
Rupanya daun kayu putih adalah makanan untuk koala.
Ternyata koala binatang yang cuek juga lucu. Ia tidak peduli pada pengunjung yang datang. Dengan acuh ia terus saja sibuk memakan daun-daunan.
Sementara yang lain seakan bermain petak umpet dengan sesamanya. Adapula yang hanya tidur-tiduran. Koala memang dikenal juga sebagai binatang pemalas.Mungkin itu sebabnya kebanyakan mereka gendut. Karena gemas saya terdorong ingin merasakan bulunya. Apakah seperti dengan bonekanya yang banyak dijual selama ini. Dan benar ia nyaris seperti boneka. Di bantu oleh pengasuhnya kami diijinkan menyentuh koala dengan beberapa instruksi penting untuk tidak menyentuh bagian-bagian tertentu di tubuh koala.
Karena Koala juga ternyata sensitif dan mudah tersinggung.Koala Bulunya halus, lembut, tebal dan empuk. Serasa ingin menggendongnya seperti boneka.Tapi saya teringat pesan sang pengasuh, jadi kami hanya bisa mengusap dan membelainya saja.
Oya selain sangat sensitif terhadap sentuhan koala juga tidak suka dengan suara bising dan asap rokok. Dan itu kita bisa baca pada papan peringatan didepan pagar kandang koala, agar dalam berbicara berbisik-bisik saja, dan tidak boleh merokok.
Puas dengan koala kami lanjut ke tempat lain. Berkeliling dari stu kandang ke kandang lainnya. Melihat aneka burung dan unggas serta hewan lainnya yang tidak kita jumpai di Indonesia seperti Black Swan(angsa hitam), Bebek berparuh hijau,Master of Disguisse (Burung penipu) dinamakan demikian karena warnanya bisa berubah sesuai tempat dimana ia berdiri. Jika ia berdiri ditanah maka otomatis bulunya akan berubah sesuai tempat yang dipijak, lalu ada Dinggo yaitu hewan persilangan serigala dan anjing, wallaby sejenis kangguru tetapi lebih kecil dan warnanya berbeda. Jika kanguru coklat kemerahan, walabby berwarna abu-abu. Selebihnya ada sekumpulan reptil dan binatang melata.
Setelah lelah berkeliling kami duduk dibawah pohon diatas bangku kayu yang apik berwarna hijau yang bebas digunakan oleh pengunjung. Kami membuka bekal yang di bawah dari rumah. Meskipun tersedia banyak kafe dan restauran di dalam area Park kami tidak memanfaatkannya. Karena agak sulit memilih menu makanan yang halal dan cocok untuk lidah Asia semacam kami. Pemandangan indah tersaji di depan dan belakang kami. Meskipun banyak pepohonan dan semak-semak yang mulai mengering oleh terjangan hawa musim panas, tapi suasana dibawah tetaplah terasa sedikit sejuk.
Seusai rehat kami singgah di toko Souvenir yang juga banyak terdapat di area Park.Saya berencana membeli beberapa kenang-kenangan untuk dibawah pulang ke Indonesia. Ada bebarapa hal penting yang menjadi catatan saya pribadi dari kunjungan ini. Bahwa warga Australia sangat menjaga kelestarian lingkungan alam mereka. Sepanjang jalan yang saya lewati kota benar-benar bebas dari sampah plastik.
Daun-daunan yang gugur dibiarkan jatuh dipermukaan tanah karena dianggap sebagai pupuk.Negara ini juga sangat peduli terhadap warganya dengan menempatkan taman nyaris di seluruh penjuru kota.AdA Trotoar yang lebar dan luas diteduhi oleh pepohonan, dan diselingi dengan bangku-bangku cantik. Sehingga pejalan kaki dapat leluasa menghirup udara segar dan menikmati alam di bangku-bangku trotoar.
Ah, semoga apa yang saya nikmati di Adelaide, suatu saat bisa juga saya dapatkan di Indonesia. Minimal dikota kecilku.Saya berdoa dan berharap dalam hati sambil tangan saya memunguti sampah bekas makan untuk ditaruh dalam kantung bekas makanan yang kami telah bawa dari rumah.
Demikian sekelumit perjalanan saya kali ini. Lain waktu saya akan menceritakan lagi tentang perjalanan lain yang juga menarik dari salah satu tempat yang menarik pula. Salam hangat darii negeri Kanguru.(*)