Pelajar bersama masyarakat dari Desa Saragian dan Desa Kalumammang, Kecamatan Alu, Kabupaten Polman, melintasi Sungai Mandar dari Desa Mombi, Sabtu (2/10).
Polman, mandarnews.com – Puluhan pelajar yang ada di Desa Saragian dan Desa Kalumammang, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) harus secara bergantian menyeberangi sungai Mandar menaiki rakit untuk bisa bersekolah.
Pelajar dari kedua desa ini harus menyeberangi sungai yang mempunyai lebar sekitar 15 meter ditambah lagi dengan arus sungai yang deras.
Mereka menyeberangi Sungai Mandar menuju ke desa lain yaitu Desa Mombi, bukan berarti di tempat mereka tinggal tidak mempunyai sekolah. Tetapi hal ini dilakukan untuk memperoleh pendidikan yang lebih berkualitas.
Salah satu pelajar yang berasal dari Desa Saragian Aliah Ramadhani mengaku, rutinitas menyeberangi sungai untuk bersekolah telah lama ia jalani, yakni sudah sekitar 4 tahun lebih.
“(Menyeberangi sungai) sejak mulai masuk di SMP sampai saat ini sudah duduk di bangku kelas XI sekolah menengah atas SMA,” ujar Aliah saat akan menyeberangi sungai setelah sekolah, Sabtu (2/10).
Bukannya di tempat tinggalnya tidak memiliki sekolah, namun Aliah memilih menyeberangi sungai demi mendapatkan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik.
“Ada ji sekolah di sana, cuma begitu proses pembelajarannya. Jarang, sehingga kami lebih memilih sekolah di sini dan itu harus menyeberangi sungai setiap hari,” jelas Aliah.
Sebenarnya, lanjutnya, ada alternatif untuk bisa menuju ke desa sebelah, hanya saja harus berputar melewati ibu kota kecamatan dan membutuhkan waktu berjam-jam agar bisa sampai ke sekolah.
Aliah pun mengaku beruntung karena waktu yang diperlukan dari tempat tinggalnya menuju sekolah yang di seberang sungai sekitar 30 menit paling lama.
“Namun, saat hujan dan aliran sungai deras, mau tidak mau kami harus alpa dari proses pembelajaran hingga cuaca betul-betul mendukung dan sungai dapat diseberangi,” ungkap pelajar wanita itu.
Meski seorang wanita, Aliah pun mengatakan jika dirinya sudah tidak takut lagi menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah karena semua ketakutan dalam dirinya telah berubah menjadi sebuah mimpi yang besar.
Siswa yang duduk di bangku kelas XI SMA Negeri 1 Alu, itu mempunyai cita-cita mulia dapat bekerja suatu saat nanti, apa saja yang penting halal dan bisa membantu meringankan beban keluarganya.
Ia hanya berharap, agar pemerintah setempat bisa memperhatikan akses mereka untuk bersekolah seperti merealisasikan pengadaan jembatan atau fasilitas lainnya yang tidak terlalu mengancam keselamatan jiwa para siswa saat ingin pergi ke sekolah.
Hal sama juga diungkapkan oleh Zulkifli, seorang pelajar SMP Negeri 1 Alu yang saat ini sudah duduk di bangku kelas VIII yang juga setiap hari menyeberangi sungai saat hendak pergi ke sekolah.
Meski terbilang masih sangat muda, namun Zulkifli mengaku tidak pernah takut untuk menyeberangi sungai dengan rakit.
Walaupun ia tahu, jika cuaca sedang tidak bersahabat maka nyawanya pun menjadi taruhannya.
“Rasa ketakutan untuk melintasi sungai Mandar sebagai sungai yang terkenal berarus deras sudah arut dalam semangat untuk ke depannya bisa menjadi orang yang hebat,” sebut Zulkifli.
Zulkifli pun berharap, agar ke depan ada akses yang baik untuk menuju ke desa sebelah yang nantinya dapat digunakan oleh generasi selanjutnya tanpa harus menggantung jiwa mereka.
Sementara Bupati Polewali Mandar (Polman) Andi Ibrahim Masdar (AIM) yang ditemui di tempat terpisah menyampaikan bahwa pihaknya akan senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Termasuk pembuatan jembatan penghubung antara desa yang nantinya secara tidak langsung dapat menjadi sarana dan prasarana pendukung peningkatan kualitas pendidikan yang ada di wilayahnya.
“Kami belum bisa menyampaikan lebih jauh, jelasnya kami harus melihat langsung dulu kondisi di lapangan dan jika dana tersedia maka tentu kita akan bantu masyarakat,” ucap AIM, Sabtu (2/10) saat menghadiri acara pemberian bantuan alat mesin pertanian di Kecamatan Limboro, Polman.
AIM menyampaikan bahwa pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar pembangunan jembatan penghubung antara Desa Mombi dan Desa Saragian dapat terealisasi di 2022.
“Kalau nanti tidak bisa limpas karena terlalu panjang ya kita buatkan rakit, tapi kalau tidak bisa rakit maka tentu jembatan gantung. Insya Allah kita bisa buatkan 2022,” tutur AIM.
Dari pantauan mandarnews.com di lapangan, penyeberangan Sungai Mandar menggunakan rakit tidak hanya dilakukan oleh para pelajar dari Desa Saragian dan Desa Kalumamman tapi juga masyarakat umum yang melakukan aktivitas keseharian di Desa Mombi atau desa lainnya di Kecamatan Alu seperti bertani, pergi ke pasar, dan beberapa aktivitas keseharian lainnya.
Para pengguna jasa penyeberangan sungai dengan rakit ini harus membayar tarif sebesar Rp2.000 sampai Rp3.000 untuk pulang pergi, sementara yang mempunyai kendaraan seperti motor harus membayar tarif hingga Rp5.000.
Untuk melintasi sungai dengan rakit, joki hanya dibantu oleh satu bambu panjang, digunakan untuk memberi tekanan ke dasar tanah agar rakit terdorong.
Sementara agar lebih memberi rasa aman, dua tali panjang juga telah dikaitkan dari rakit ke kawat baja yang melintas memotong sungai agar rakit tidak terbawa arus.
Meski demikian, perlu adanya pembaruan karena rakit yang ada sudah layak diperbarui, apalagi beban yang dimuat dalam rakit satu kali penyeberangan hingga 10 orang, bahkan ditambah kendaraan. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia