Salmiah, salah satu pedagang di Pasar Sentral Majene.
Majene, mandarnews.com – Kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), semakin dirasakan oleh sejumlah pedagang di Pasar Sentral Majene.
Pasalnya, beberapa pekan terakhir, sejumlah pedagang mengaku sudah tidak mendapatkan lagi minyak goreng dari distributor atau pemasok.
Salah satu pedagang yang sudah sangat jarang mendapatkan minyak goreng adalah Salmiah.
Salmiah mengaku, sejak diberlakukannya satu harga minyak goreng, baik di pasar modern atau tradisional ia baru sekali mendapat minyak goreng dari pemasok.
Bahkan, minyak goreng dari pemasok hanya didapatkan di awal pemberlakuan satu harga atau subsidi, setelah itu sudah tidak pernah.
Salmiah sudah beberapa kali melakukan permintaan atau pemesanan kepada pemasok, namun hingga kini tidak pernah menerima lagi minyak goreng.
“Kalau pribadi, bisa dibilang saya mendapatkan minyak goreng hanya sekali saja setelah pemberlakuan satu harga. Itu pun terbatas sekali hanya satu dus. Setalah itu tidak pernah lagi,” ujar Salmiah, Minggu (20/2/22).
Ia pun mengaku pasrah atas kondisi ini karena telah beberapa kali melakukan pemesanan tapi tak kunjung ada.
“Mau gimana lagi, kami juga sudah beberapa kali melakukan pemesanan, tapi tak ada, jadi sekarang kita ini pedagang pasrah,” tandas Salmiah.
Saat ini Salmiah hanya menjual minyak curah, meskipun ia sendiri masih belum tahu keamanan penggunaan minyak ini.Ia hanya berharap agar pemerintah bisa memberikan solusi atas kondisi yang terjadi saat ini.
“Memang harga minyak goreng setelah subsidi itu jauh lebih murah, misalkan minyak goreng 5 liter itu harga jualnya Rp65.000,-. Sementara sebelum subsidi harganya jauh lebih di atas yakni Rp85.000,- hingga Rp105.000,” ujar Salmiah.
Hal serupa juga dirasakan pedagang lainnya, Hendrik (35). Ia menyampaikan jika kelangkaan minyak goreng kali ini memang betul-betul parah.
“Padahal, awal subsidi kemarin ketersediaan barang masih sangat mendukung. Bahkan, di setiap permintaan atau pemesanan minyak goreng kepada pemasok, barang selalu ada meski dalam jumlah sedikit seperti hanya satu hingga dua dus,” kata Hendrik.
Namun, beberapa pekan terakhir kondisi ini menjadi berubah. Dari tadinya minyak goreng dapat diperoleh dua kali dalam seminggu, kini menjadi hanya sekali saja, bahkan dalam seminggu itu tidak mendapatkan sama sekali.
“Memang kondisi kelangkaan minyak saat ini kian parah. Kami pun tak tahu penyebabnya apa, makanya sekarang kami pasrah, kalau kami dapat minyak ya kami jual minyak, kalau tidak ya tidak,” sebut Hendrik.
Hendrik merinci, sebelum subsidi ia biasa menjual minyak satu liter dengan harga 20 hingga 22 ribu. Sementara setelah subsidi menjadi 13 hingga 14 ribu.
Untuk dua liternya, sebelum subsidi 40 hingga 42 ribu, sementara setelah subsidi menjadi 28 ribu. Untuk minyak goreng dengan 5 liter seharga 85 hingga 105 ribu. Sementara setelah subsidi harga jualnya menjadi 65 ribu rupiah. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia