Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko melihat langsung cara kerja Skrining HIV Mandiri dengan Oral Fluid Tes (OFT) di Puskesmas Jatinegara, Jakarta, Kamis (1/12)
Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko mengajak masyarakat untuk berani melakukan tes HIV. Terlebih, saat ini skrining HIV bisa dilakukan secara mandiri dengan Oral Fluid Tes (OFT). Moeldoko menyampaikan ini, saat mengecek ketersediaan obat dan layanan untuk HIV di Puskesmas Jatinegara, Kamis (1/12).
Sebagai informasi, cara kerja skrining HIV mandiri dengan Oral Fluid Tes (OFT) dilakukan dengan metode swab atau usap, yakni dengan memasukkan alat ke bagian dalam mulut, dan mengusapkannya pada gusi. Tes cepat HIV ini mampu mendiagnosis infeksi HIV dengan tingkat akurasi 99,3 persen menggunakan cairan mukosa pada gusi (air liur gusi). Hasil tes bisa diketahui dalam waktu 20 hingga 40 menit.
“Dengan alat ini masyarakat bisa melakukan tes HIV dengan mudah, murah, dan sangat terjaga kerahasiaannya,” kata Moeldoko.
Moeldoko mengungkapkan, selama ini salah satu hambatan untuk meningkatkan cakupan tes dan pengobatan adalah ketersedian dan keterjangkauan layanan tes HIV. Belum lagi soal kekhawatiran kurangnya kerahasiaan dan privasi, serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien. Hal itu, lanjut dia, menyebabkan penanganan HIV di Indonesia belum bisa dilakukan dengan cepat karena jumlah orang yang mengetahui status HIV-nya masih rendah.
“Ini penting, karena setelah mengetahui statusnya maka mereka diharapkan akan segera datang ke layanan untuk mendapatkan pengobatan ARV (Antiretroviral),” ujarnya.
Masih kata Moeldoko, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mengeliminasi HIV pada 2030 melalui strategi “Triple 95”. Yaitu, 95 persen ODHIV mengetahui statusnya, 95 persen mendapatkan obat ARV, dan 95 persen yang diobati mengalami supresi virus. Selain itu, imbuh dia, Kemenkes juga telah mencantumkan strategi pengendalian HIV-AIDS dalam bagian Standar Pelayanan Minimum di Fasilitas Layanan Kesehatan.
“Saya mengapresiasi kesiapan puskesmas Jatinegara dalam memberikan layanan HIV. Saya harap layanan ini harus semakin ditingkatkan,” pesan Moeldoko di hadapan petugas puskesmas.
Pada kesempatan itu, Moeldoko juga mengimbau masyrarakat berhenti memberikan stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHIV. Menurutnya, lingkungan yang suportif dan inklusif akan memberikan keamanan dan kenyamanan pada ODHIV, sehingga mereka bisa menjalani terapi tanpa ada tekanan.
Seperti diketahui, 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS Sedunia. Tahun ini mengusung tema “Equalize” yang menyerukan kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga Juni 2022, orang dengan HIV/AIDS-ODHIVA di seluruh provinsi mencapai 519.158. Dari jumlah itu, sekitar 85 persen berada pada usia produktif antara usia 20 hingga 49 tahun. (Rizaldy/KSP)