Nenek Fatimah saat mencarikan makanan untuk kambing yang diternakkannya
Majene, mandarnews.com – Namanya Siti Fatimah (63), warga Lingkungan Buttu Tande Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene ini adalah seorang nenek buta yang hidup sebatang kara.
Untuk memenuhi kebutuhannya, dalam kesehariannya, Fatimah hanya mengambil makanan kambing dan memotong kayu lalu dijual.
Rumah tempat Fatimah bernaung pun hanya memiliki luas sekitar 8×4 meter persegi dengan panjang sekitar 8 meter dan lebar 4 meter.
Bermodel rumah panggung, kolong rumah dijadikan kandang kambing dan biasanya digunakan juga untuk memotong kayu saat merasa kuat untuk beraktivitas karena sering mengeluh sesak napas.
Mirisnya lagi, atap rumah terbuat dari atap rumbia bocor yang ketika musim hujan, air hujan akan masuk ke dalam rumah. Sedangkan lantai rumah hanya beralaskan bambu rusak, yang jika tidak berhati-hati berjalan bisa jatuh ke kolong rumah.
Yang menemani kesendirian Fatimah di rumah itu pun hanyalah radio tua yang mampu menangkap jaringan.
“Waktu orang tua saya masih ada, saya mappasarri’ (membuat cita rasa makanan) dan mappolana’ (membuat minyak kelapa). Setelah usia saya sekitar 20 tahun, saya mulai merasakan kebutaan dan lama kelamaan menjadi permanen,” ucap Fatimah, Minggu (15/12/2019).
Fatimah menceritakan, semenjak mengalami kebutaan, ia tidak pernah lagi membantu warga mappasarri. Setelah ibunya meninggal menyusul bapaknya yang lebih dulu meninggal, Fatimah hanya bisa berdiam diri di rumah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Saya sebenarnya punya seorang saudara yang tinggal di Ampana Sulawesi Tengah. Ia juga punya keluarga di sana dan terakhir datang pas ibu kami meninggal. Selain orang tua dan kakak, tidak ada lagi keluarga dekat karena saya juga tidak pernah menikah dan mempunyai keluarga sendiri,” ujar Fatimah.
Setelah kepergian ibunya, Fatimah tidak lama berdiam diri, ia selalu berusaha tetap mandiri dan mencari jalan agar bisa bertahan hidup.
“Bersyukur sekali ada tetangga yang mau memberikan kambingnya untuk diternak, ada tetangga yang mau memberikan aliran listrik dan aliran air,” kata Fatimah.
Saat ini, tidak ada lagi bantuan yang Fatimah terima dari pemerintah, selain Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, itu pun baru ada lagi.
“Sekitar 8 tahun yang lalu saya pernah dibawa ke RSUD Majene karena kelelahan. Waktu itu saya menggunakan BPJS, tetapi setelah itu entah kenapa BPJS saya dihilangkan dengan alasan kartu dan identitas saya tidak cocok atau bukan kepemilikan saya. Semenjak itu baru ada lagi di tahun 2019. Bantuan lain dari pemerintah sudah lama tidak. Dulu pernah ada bantuan Raskin, tetapi sekarang sudah tidak ada. Terakhir yang datang bantuan bedah rumah, tetapi karena alasan dari pemerintah saya belum bersuami, akhirnya tidak ada lagi,” sebut Fatimah.