Salah satu tetangga Fatimah, Hasanuddin, mengaku sangat bersimpati dan iba melihat kehidupan Fatimah sehingga ia memberikan kambingnya untuk diternak dan membagi hasil sehingga Fatimah bisa bertahan hidup.
“Saya sangat iba, apalagi jika tengah malam Fatimah turun ke kolong rumah hanya untuk mengelus-elus kambing yang diternaknya,” tutur Hasanuddin.
Ia menyampaikan, jika Fatimah mengambil makanan kambing di kebun yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya, ia harus berjalan mengikuti selokan.
“Semenjak sering sakit dan sesak napas, saya mengurangi beban dengan mengambil sebagian ternak yang dipelihara oleh Fatimah sehingga saat ini hanya memelihara satu ekor kambing betina saja,” tukas Hasanuddin.
Jika Fatimah sedang sakit atau sesak napas, Hasanuddin pun menggantikannya mengambilkan dan memberikan makanan pada kambing Fatimah.
“Listrik yang digunakan oleh Fatimah di rumahnya dari listrik tetangga yang berada di depan rumahnya. Saat akan membeli token listrik, Fatimah dan tetanggga tersebut patungan membayar,” beber Hasanuddin.
Sementara untuk kebutuhan air, diambil dari sumur terdekat yang ditarik menggunakan pemompa air yang ada di rumah Hasanuddin lalu dialirkan ke rumah Fatimah tanpa dibebani biaya.
“Saya dan Fatimah masih memiliki hubungan keluarga tetapi sudah sangat jauh,” ungkap Hasanuddin.
Sedangkan tetangga Fatimah yang lain, Syahid mengemukakan, banyak tetangga Fatimah yang peduli padanya, seperti menemani Fatimah ketika masuk RSUD.
“Kayu tidak seberapa hasilnya karena nanti Fatimah kuat lagi baru memotong kayu lalu dijual oleh warga setempat ke pasar. Ketika dari pasar hasil jualannya diberikan ke Fatimah,” ujar Syahid.
Ia berpendapat, Fatimah cukup pintar beraktivitas menggunakan tongkat dan bisa memperhitungkan hal-hal yang dilakukannya, seperti memasak dan mengambil makanan kambing. (Putra)
Editor: Ilma Amelia