Demianus Tarra saat memantau bibit kentang hasil olahannya
Mamasa, mandarnews.com – Walaupun tanaman kentang hasil Kabupaten Mamasa mulai dikenal di sejumlah pasar, namun produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar akibat belum maksimalnya dukungan
Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal tersebut.
Modal dalam bentuk sumber daya manusia (SDM), bibit, pupuk, serta mesin pertanian tentu menjadi faktor penghambat utama jika tidak dibenahi atau minimal memeroleh dukungan dari Pemda Mamasa.
Hal itu dikemukakan Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Mamasa, Demianus Tarra saat ditemui di Warkop Millenial Kota Mamasa, Kamis (16/5/2019).
“Untuk pasaran sebenarnya sudah tidak jadi persoalan lagi karena permintaan pasar sudah merambah dimana-mana,” ujar Demianus.
Misalnya, lanjutnya, Kota Palu dengan permintaan 4-5 ton per minggu, Kabupaten Enrekang 5-10 ton per minggu, Kabupaten Sidrap 2 ton per minggu, Kota Kendari 4 ton per minggu, Pasar Terong di Makassar 2-3 ton per minggu, Kabupaten Mamuju 2 ton per minggu, dan Kabupaten Polman 2 ton per minggu. Khusus untuk Kalimantan, jumlah permintaan berkisar 20-40 ton per minggu.
“Kita di Mamasa hanya mampu memproduksi per musim (4 bulan) dengan hasil 15-20 ton. Ini masih sangat ketinggalan dari permintaan yang ada, sehingga untuk sementara hanya ditaktisi dalam proses tanam walaupun belum mampu memenuhi target,” tutur Demianus.
Ia menjelaskan, yang jadi masalah di Mamasa adalah SDM, baik petani maupun penyuluh. Sepatutnya, 78% petani di Kabupaten Mamasa perlu memperoleh perhatian serius dari Pemda Mamasa sehingga sangat diharapkan kerjasama dengan jajaran Pemda dan anggota legislatif agar semua kendala dapat diatasi.
“Khusus Dinas Pertanian, semua bidang juga perlu terpadu, termasuk di dalamnya bidang yang menangani alat pertanian, bidang pengadaan bibit, serta bidang lainnya sehingga kebutuhan masyarakat tani dapat dipenuhi,” kata Demianus.
Ia berharap, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dapat meneriakkan masalah-masalah petani, sebab pelaksanaan festival-festival di daerah akan sia-sia kalau sumber daya petani masih minim.
“Selama ini, belum ada dukungan rill dari Pemda dan hanya dalam bentuk dukungan moral pada kegiatan pembudidayaan tanaman kentang. Justru nanti berhasil baru mereka datang foto-foto,” sebut Demianus.
Kondisi tersebut, menurutnya, tentu memerlukan dukungan Pemda agar produksi tanaman kentang lebih baik. Kalau perlu, bentuk kerjasama dikemas dalam bentuk Perusahaan Daerah (Perusda).
Sementara itu, Penyuluh Desa Banea’, Imanuel menjelaskan, dari semua bentuk taman holtikultura, kentang memang sangat menjanjikan. Namun, membutuhkan biaya dan keahlian khusus bagi petani dalam pengembangannya.
“Selama ini petani di Desa Banea’ masih menekuni tanaman holtikultura seperti jagung dengan alasan modal yang dibutuhkan sedikit. Sebenarnya banyak warga yang tertarik dengan tanaman kentang, tapi SDM dan permodalan butuh pendampingan khusus,” ucap Imanuel.
Ia berharap, keterampilan penyuluh di sejumlah bidang tanaman, seperti kentang perlu ditingkatkan agar mampu menggerakkan dan mendampingi petani dengan baik. (Hapri Nelpan)
Editor : Ilma Amelia