
Rumas Sakit (RS) Regional Sulawesi Barat di Mamuju. (Dok. Ist)
Mamuju, mandarnews.com – Pelayanan Rumah Sakit (RS) Regional Sulawesi Barat (Sulbar) kembali dikeluhkan keluarga pasien. Hal tersebut lantaran adanya dugaan penelantaran pasien di rumah sakit yang beralamat di Jalan Martadinata nomor 3 Kelurahan Simboro, Kecamatan Simboro, Mamuju, Sulbar itu, Senin (17/4).
Menurut keluarga pasien Abdul Latif, pelayanan RS Regional Sulbar tidak manusiawi karena menelantarkan pasien yang hanya bisa berbaring di lantai teras rumah sakit karena tak diberikan tempat tidur atau kursi roda.
Berdasarkan keterangan Abdul Latif, kronologi itu bermula saat orang tuanya berinisial AH (77) yang sempat dirawat empat hari lalu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Regional Sulbar telah dipulangkan karena akan dirawat jalan dan kembali pada tanggal 17 April sesuai dengan jadwal kontrolnya.
“Saat tiba di RS, kami meminta kursi roda karena kondisi orang tua tak mampu untuk berjalan, tapi saat itu tak satu pun kursi roda yang diberikan,” kata Abdul Latif.
Karena pasien terus merasa kesakitan, Abdul Latif pun berpencar untuk mencari kursi roda. Saat salah satu cucu pasien meminjam kursi roda yang tidak terpakai di ruang IGD, pihak rumah sakit tidak memberi dengan alasan kursi roda itu hanya bisa digunakan untuk pasien IGD. Keluarga pasien justru diminta mencari di poli yang sudah jelas di sana tidak ada satu pun yang kosong.
“Karena kebingungan kami pun bertanya lagi karena pasien sudah terlalu lama di atas mobil, pihak sekuriti hanya bilang tunggu saja dulu karna full di dalam,” tutur Abdul Latif.
Pasien yang terus merasa semakin kesakitan saat terlalu lama menunggu pun meminta untuk dibaringkan. Keluarganya pun membaringkan pasien di lantai teras luar RS Regional dengan hanya beralaskan jaket.
Abdul Latif pun sempat protes lagi kepada pihak sekuriti karena tidak mampu menyediakan kursi roda.
Tak hanya itu, sembari mencari kursi roda, keluarga pasien lainnya yang mengurus administrasi di tempat registrasi pasien juga merasa dipersulit.
“Di tempat registrasi saja kami sempat disuruh pulang dengan alasan rujukan. Sementara empat hari lalu kami tidak diminta untuk mengurus rujukan dan hanya diberikan surat kontrol oleh poli dan diminta kembali pada hari ini,” ucap Abdul Latif.
Ia menceritakan, bukan hanya hari ini pihaknya ditelantarkan begini. Empat hari lalu saat Abdul Latif membawa orang tuanya ke IGD, pihaknya menunggu hingga kurang lebih 30 menit tapi tak satu pun perawat yang mau menjemput pasien, hingga akhirnya pihaknya berinisitif mengambil sendiri kursi roda di ruang IGD dan membawa pasien masuk ke ruang IGD dengan bantuan sekuriti.
“Ini jelas sudah sangat tidak manusiawi dan sangat jelas betapa bobroknya pelayanan di RS Regional ini,” kesal Abdul Latif.
Sementara itu, Direktur RS Regional Sulbar dr. Merintani Erna Dochri membantah pihaknya telah menelantarkan pasien sesuai dengan berita di media massa yang beredar.
Menurut dr. Erna, kronologi itu terjadi ketika rumah sakit sedang dalam jam sibuk dan pasien sedang menumpuk. Hal tersebut mengakibatkan kursi roda tak tersedia hingga pihak sekuriti terpaksa menyuruh pasien yang hendak melakukan kontrol menunggu.
“Sesuai keterangan sekuriti setelah rapat, saat itu kondisi pasien lagi penuh. Bukan penelantaran karena waktu itu sekuriti sedang mencarikan kursi roda, bahkan sampai lantai lima. Mungkin karena pasien kepanasan di mobilnya jadi dia langsung turun bawa bantalnya dan berbaring di lorong. Setelah dilihat oleh sekuriti sempat ditegur agar jangan berbaring di sana,” terang dr. Erna, Senin (17/4) malam.
Sesuai standar operasional prosedur (SOP), lanjut dr. Erna, pasien memang tidak diperbolehkan berbaring di lorong rumah sakit.
“Sekuriti kami tidak menyuruh pasien tidur di sana dan sudah dilarang karena memang bukan tempatnya,” sebut dr. Erna.
Direktur RS Regional Sulbar yang baru menjabat Februari lalu itu pun meminta masyarakat untuk tetap mematuhi SOP rumah sakit yang berlaku. Hal itu agar pelayanan di RS Regional dapat maksimal.
“Kejadiannya sangat singkat. Ini bukan saya salahkan pasien atau petugas, memang ada yang harus dievaluasi agar pelayanan di RS Regional bisa maksimal,” tutup Dr. Erna.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia