Majene, mandarnews.com – Dalam debat putaran kedua Bupati dan Wakil Bupati Majene yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Majene, Sabtu (28/11) di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Barat (Sulbar) terjadi hal unik saat sesi tanya jawab dilakukan antara pasangan calon (paslon) nomor urut 01 Patmawati-Lukman dan paslon nomor urut 02 A. Achmad Syukri Tammalele (AST)- Arismunandar Kalma. Pasalnya, dalam kesempatan itu, calon Bupati Majene nomor urut 01 Patma meminta agar calon bupati nomor urut 02 AST memaparkan pancasila dan cara pengimplementasiannya.
“Kiranya kami mohon kepada calon bupati dari nomor 02 untuk memaparkan Pancasila secara baik dan benar dan bagaiman cara mengimplementasikan sila 1 dan 3 hubungannya dengan visi Indonesia,” tanya Patma saat dalam debat.
Sementara itu, paslon 02 AST saat diberi kesempatan menjawab langsung memaparkan Pancasila mulai dari sila pertama hingga kelima dengan baik dan benar.
“Sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Di dalam visi misi kita, di poin tiga, Majene religius. Disitu kita mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sebagai hamba Allah, Insya Allah jika terpilih, dalam melaksanakan tugas, harus adil, tidak ada intervensi. Misalnya pelaksanaan pekerjaan di lapangan, harus sesuai mekanisme yang ada, tidak bertumpu hanya satu kecamatan,” jawab AST menanggapi Patma.
“Dalam implementasi sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, sebagai warga negara Indonesia, kita memang harus bersatu, mempertahankan NKRI, menjaga Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Majene itu.
Patma kemudian menanggapi dengan menjelaskan bahwa pertanyaannya yaitu apa implementasi sila pertama dan sila ketiga hubungannya dengan Indonesia Satu.
“Jadi kami memahami, sila pertama tidak terpisahkan dengan sila-sila lainnya. Sila pertama mengajarkan bahwa selaku mahluk Tuhan yang Maha Esa, harus saling mencintai, menghargai dengan adanya keberagaman yang dihubungkan dengan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Kita tidak boleh bicara politik identitas, tidak boleh bicara soal suku, agama, adat istiadat karena ini bisa mengarah disintegrasi dan intolenrasi. Inilah yang diharapkan oleh negara bahwa kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu,” tutup Patma.
Banyak yang menduga bahwa itu adalah satu pertanyaan jebakan untuk mengetes kemampuan AST. Namun, ada juga yang menganggap jika itu merupakan pertanyaan yang jawabannya nempertegas posisi Patma dengan situasi yang terjadi, yakni selalu digaungkan politik identitas.
Hingga debat selesai, semua berjalan sukses dan lancar dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat selama pelaksanaan debat.
Reporter: Putra
Editor: Ilma Amelia