Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, Nurkiah Wahyu
Majene, mandarnews.com – Kepala Bidang (Kabid) Penunjang Pelayanan RSUD Majene, Nurkiah Wahyu tiba-tiba menanggapi emosi penyampaian Direktur, dr Rahmat Malik saat apel pagi. Sejak berangkat dari rumahnya di Palece, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) ia sudah tersulut emosi.
Nurkiah mengaku emosi lantaran merasa tidak difungsikan sejak menjabat Kabid delapan bulan lalu. Sejak lama ia pendam tapi baru hari ini, Selasa 22 Agustus 2017 meluapkan emosi yang ia pendam. Ia menuding dr Rahmat selaku direktur monopoli semua pengadaan di RSUD.
“Selalu dia bilang saat apel, saya ini penguasa anggaran, tidak ada yang bisa lawan saya, saya kuasai. Saya bertanggung jawab kalau ada apa-apa. Apa mau kita bilang kasian,” cerita Nurkiah saat ditemui di ruangannya.
Nurkiah menuding, semua pengadaan di RSUD Majene bahkan hal-hal kecil juga dilakukan direktur. Seharusnya, kata Nurkiah, hal itu melalui mekanisme yang ada.
“Seharusnya melalu mekanisme. Masuk perencanaan, masuk dulu ke kepala seksi, masuk kepala bidang tapi satu pun saya tanda tangani tidak ada. Semua melalui dia (direktur) karena dia KPA (Kuasa Pengguna Anggaran), dia semua. Pokoknya semua,” kata Nurkiah.
Nurkiah merasa disepelehkan. Padahal dia adalah senior di RSUD. Ia mengatakan, semua keluhan tentang pelayanan di RSUD dia yang terima tapi pengadaan dilakukan oleh dr Rahmat. Ia juga menuding, pelayanan di RSUD buruk karena ulah direktur.
“Tidak ada yang baik di RSUD. Apanya yang baiK?. Semua di ruangan, AC (pendingin) selalu rusak dan selalu diperbaiki padahal baru semua,” bebernya sambil pukul meja.
Sebelumnya, emosi Nurkiah memuncak saat salah satu Perusahaan Besar Farmasi (PBF) mitra RSUD mengeluh. Menurut Nurkiah, PBF itu diancam direktur tidak akan dijadikan mitra lagi jika pengadaan berkoordinasi melalui Nurkiah.
“Penjual (PBF) takut. Yang jelas diancam, tidak usah berhubungan dengan Bu Kia karena sudah tidak akan ku pakai (dipecat jadi kabid). Tidak usah begitu, jangan pergi cerita (dibelakang). Yang ilmiah dong,” cerita Nurkiah soal keluhan PBF.
“Tidak usah saya dilibatkan pengadaaan, minimal saya tahu apa yang dibutuhkan,” lanjut Nurkiah.
Bahkan, Nurkiah berharap dr Rahmat sebagai Direktur RSUD Majene diganti. Sebab menurut Nurkiah menilai dr Rahmat tidak mampu jadi direktur.
“Dipikirannya hanya uang, uang dan uang. Saya bingung dokter Rahmat masih dipertahankan disini (jadi direktur),” tegasnya.
Direktur RSUD Majene, dr Rahmat dikonfirmasi soal tudingan Nurkiah dan menjawab tudingan pegawainya tersebut. Menurutnuya mekanisme di RSUD telah berjalan sesuai mekanisme.
“Saya kira begini, mekanisme sudah mulai jalan yang bersangkutan memang lain dari pada yang lain. Ada berkas yang tidak mau ditanda tangani, dia justru menghambat,” kata dr Rahmat.
“Itu kalau kepala bidang hanya mengkoordinir. Jalan kok semua, jangan sampai hanya satu orang ini terlambat pelayanan,” lanjutnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, soal tudingan penguasa anggaran itu dibantah dr. Rahmat. dr Rahmat menyebutkan, ia tidak mengelola anggaran karena sudah ada tim yang mengarahkan di RSUD.
“Tidak ada begitu, bahkan kalau belum keluar uangnya (anggarannya) saya yang tanggulangi. Silahkan dikonfrmasi yang lain soal bagaimana ini orang,” tampik dr Rahmat.
Selain itu, ia menceritakan, Nurkiah itu ingin jadi pejabat yang mengurus pengadaan tapi itu menyalahi aturan. Berbeda saat jabatan itu diisi Rusdi Hamid yang memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa.
Direktur juga mengatakan, Nurkiah itu ingin lanjut studi tapi ia tidak ingin menandatangi permohonan itu. Sebab, Nurkiah tidak ingin melepas jabatannya padahal akan memakan waktu hingga dua tahun.
“Kemudian yang bersangkutan mau sekolah, jadi saya tidak mau tanda tangan. Mau ambil MARS lagi, harusnya dia cuti dan harus meninggalkan jabatan,” jelas dr Rahmat. (Irwan Fals)