Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko
Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko terus mendorong agar pelaku pariwisata di Indonesia berpikir kreatif, inovatif dan menjadi adaptif dengan situasi pandemi. Menurutnya, pelaku pariwisata perlu mengimbangi upaya Pemerintah yang selama ini memiliki visi kedepan untuk membangun pariwisata di Indonesia.
“Presiden sudah menetapkan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan 5 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), dan komitmen pemerintah sangat besar untuk menyiapkan destinasi baru ini. Untuk itu, KSP ingin agar pelaku pariwisata menjadi strategic partner pemerintah untuk membantu persoalan-persoalan pariwisata di luar kapasitas pemerintah,” kata Moeldoko saat menerima audiensi Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (18/01).
Moeldoko mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan infrastruktur pariwisata di destinasi-destinasi yang baru sebagai sumber daya penghidupan masyarakat. Namun, upaya ini juga perlu didukung dengan pengoptimalan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kriteria pasar.
Situasi pandemi sangat berdampak negatif kepada pertumbuhan industri pariwisata secara global. Sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang atau hanya sekitar 25% dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019. Penurunan wisatawan mancanegara berdampak langsung pada okupansi hotel-hotel di Indonesia dan menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp20,7 miliar.
Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mulai mencatat peningkatan aktivitas pariwisata masyarakat di tahun 2021 dan awal tahun 2022 meski belum mencapai tingkat sebelum pandemi. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Oktober 2021 tercatat mencapai 151,03 ribu kunjungan. Jika dibandingkan dengan September 2021, jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 21,73 persen.
“COVID19 mengajak kita berpikir lebih advance. Kita harus punya cara baru yang lebih fleksibel dan adaptable. Jika tidak inovatif menciptakan cara-cara baru, maka kita akan ketinggalan,” tambah Moeldoko. (KSP)