Salah seorang pemilih harus berurusan dengan petugas keamanan dalam simulasi pemungutan suara oleh KPU Polman
Polewali, mandarnews.com – Waktu belum menyentuh tengah hari saat suasana Tempat Pemungutan Suara (TPS) 006 yang terletak di Kelurahan Takatidung Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar (Polman) terlihat ramai.
Warga yang telah terdata di Daftar Pemilih Tetap (DPT), maupun yang termasuk di dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK) berbondong-bondong menuju TPS untuk menyalurkan hak pilihnya.
Seorang pria paruh baya berkemeja garis-garis merah marun dan bercelana krem memasuki TPS. Sambil membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP), ia menghampiri petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) guna melaksanakan haknya.
Tiba-tiba situasi berubah menegangkan, pria yang baru datang ini terlihat membentak anggota KPPS di depannya. Ternyata sebabnya karena pria ini merupakan wajib pilih dengan kategori DPK yang baru bisa memilih satu jam sebelum pemungutan suara berakhir, yaitu pukul 12.00-13.00 waktu setempat.
Ketua KPPS pun turun tangan menjelaskan situasinya kepada pria tersebut. Namun, si pria ngotot ingin memilih saat itu juga dengan alasan buru-buru akan berangkat luar daerah.
Melihat kondisi tersebut, petugas ketertiban (gastib) TPS menghampiri pria tersebut dan berusaha menenangkannya, tapi si pria ternyata melawan sehingga membuat gastib kewalahan.
Akhirnya, aparat keamanan turut dipanggil untuk menangani si pria. Sambil meronta, si pria ini dituntun keluar dari TPS. Pemungutan suara kemudian dilanjutkan kembali oleh Ketua KPPS.
Begitulah salah satu skenario Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara Kabupaten Polman Pemilu 2019 yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Polman, Sabtu (6/4/2019).
Turut hadir dalam simulasi ini, Ketua KPU Polman Rudianto, Ketua Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Polman Saifuddin, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Polman Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Muhammad Rifai, Komisioner KPU Polman Nurjannah Waris, Munawir Arifin, dan Andi Rannu, Sekretaris Camat Polewali Andi Saggaf, serta perwakilan partai politik (parpol) peserta Pemilu 2019
Dalam sambutannya, Kapolres Polman AKBP Muhammad Rifai menyampaikan, Pemilu kali ini berbeda dengan yang sebelumnya karena diselenggarakan secara serentak.
” Kontestasi oleh caleg dan capres harus benar-benar memviralkan hastag Pemilu damai, penyelenggara harus berkomitmen, jujur, adil, dan ikhlas, serta berserah diri kepada Allah SWT karena siapapun nanti yang terpilih sudah kehendak dari Allah SWT. Hal-hal inilah yang bisa menjadi tonggak kesuksesan Pemilu,” ujar AKBP Muhammad Rifai.
Ketua Bawaslu Polman, Saifuddin mengatakan, tujuan simulasi ini adalah untuk meminimalisir kesalahan pada pelaksanaan Pemilu 2019, sebab ketika pemilu itu gagal, maka akan banyak kerusuhan yang terjadi.
“Jangan menerima uang atau money politic dari caleg sebab keduanya akan kena pidana. Caleg yang melakukan money politic pasti akan berpeluang korupsi, serta jangan golput,” imbau Saifuddin.
Kepada awak media, Ketua KPU Polman, Rudianto menilai pemahaman masyarakat tentang tata cara memilih dalam sudah bisa dikatakan bagus, ini dilihat dari tidak ada kesalahan yang dilakukan selama simulasi selain skenario yang sudah ditetapkan.
“Simulasi ini untuk memberikan gambaran awal mengenai situasi pemungutan suara nantinya, khususnya untuk anggota KPPS,” sebut Rudianto.
Simulasi ini mencontohkan beberapa penanganan terhadap hal-hal yang akan ditemui di TPS, seperti pemilih disabilitas, pemilih yang menggunakan atribut parpol, pemilih dari luar provinsi, pemilih yang ingin mencoblos mewakili keluarganya, pemilih pindah kecamatan/daerah pemilihan (dapil), serta pemilih pindah kabupaten/dapil.
Setelah proses pemungutan suara selesai, simulasi langsung dilanjutkan dengan proses penghitungan suara hingga siap menyerahkan hasil penghitungan suara ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Reporter : Ilma Amelia