Presiden Jokowi menyaksikan penerimaan persetujuan pengelolaan Blok Masela antara Kemen ESDM dengan Inpex
Jakarta, mandarnews.com – Setelah menyetujui Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) Proyek Gas Alam Cair (LNG) Lapangan Abadi di Blok Masela, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melaporkan secara langsung persetujuan pengelolaan Blok Masela tersebut kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Selasa (16/7/2019).
“Persetujuan pemerintah terhadap pembangunan Blok Masela sudah diberikan. Jadi kami lapor, kami serahkan persetujuannya di hadapan Bapak Presiden,” ucap Menteri ESDM pada kesempatan tersebut.
Persetujuan revisi PoD ini diserahkan langsung oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Sucipto kepada Presiden dan CEO Inpex Incorporation, Takayuki Ueda dan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Dokumen PoD Blok Masela sendiri sudah ditandatangani oleh Menteri Jonan pada pekan lalu.
“Pengembangan Blok Masela dengan total biaya pengembangan lapangan mencapai USD 18,5 miliar-USS 19,8 miliar ini akan menyerap ribuan tenaga kerja, baik saat konstruksi maupun onstream,” beber Menteri ESDM.
Ia menjelaskan, pada saat pembangunan dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000-7.000 orang, termasuk pembangunan industri petrokimia.
“Persetujuan atas revisi PoD oleh pemerintah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi Proyek LNG Abadi,” ungkap Menteri ESDM.
Menurutnya, ini adalah investasi asing terbesar sejak 1968 dan simbol pembangunan di Indonesia Timur yang berskala global setelah Freeport Indonesia.
Presiden Jokowi pun menyambut positif langkah konkret yang diambil oleh Kementerian ESDM dalam menarik investasi di sektor migas.
“Meskipun negosiasi alot, akhirnya pada hari ini kita bisa menyelesaikan investasi yang sangat besar. Ini sangat berarti untuk Indonesia,” papar Dwi Sucipto menggambarkan apresiasi Presiden Jokowi.
Secara rinci, Presiden menekankan tiga pesan penting untuk proyek ini. Pertama, komitmen Inpex sesuai dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua, memaksimalkan lokal konten, dan ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal.
President & CEO Inpex, Takayuki Ueda menyampaikan, konsep pengembangan proyek telah mengalami perubahan dari skema kilang terapung menjadi skema LNG darat.
“Lapangan Gas Abadi yang mempunyai produktivitas reservoir sangat bagus menumbuhkan harapan untuk mengembangkannya secara efisien dan menjadikan lapangan ini beroperasi secara stabil dalam memproduksi gas alam cair (LNG) untuk jangka waktu yang panjang,” ujar Takayuki.
Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama tujuh tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.
Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).
Dengan mulainya proyek ini, Pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar USD 39 miliar dan Inpex sekitar USD 37 miliar. Angka tersebut sudah termasuk 10% milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima USD 33,3 miliar. Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi USD 5 miliar di daerah tersebut.
Sebagai informasi, Proyek Lapangan Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh Inpex di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia.
Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melalui jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 barel kondensat per hari. SKK sendiri menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027. (rilis Kemen ESDM)
Editor: Ilma Amelia