Anggota DPRD Kab. Majene (berkaca mata) nampak seirus mendengar bimbingan dari konsultan ibadah.
Mekkah – CJH Kloter UPG 7 Embarkasi Makassar asal Provinsi Sulawesi Barat mendapatkan bimbingan ibadah dari Konsultan Ibadah Sektor Satu Wilayah Syisyah Makkatul Mukarramah di Hotel Rabieh Al Hijaz 02 Mekkah, Selasa (28/05/2024).
Konsultan ibadah, Dr.K.H Afifuddin di hadapan jemaah mewanti-wanti agar tidak mengejar pahala tapi malah mengorbankan jiwa.
Ungkapan ini lahir menurut Afifuddin adalah upaya secara dini menyikapi atas fenomena pengalaman tahun lalu yang banyak menelan korban jiwa dan fenomena jemaah sekarang yang dominan masih bernafsu mengejar pahala sebelum menghadapi puncak haji di Arafah, Musdhalifah, Mina (ARMUSNA) tanpa memperdulikan kondisi fisiknya yang dapat berakibat fatal.
Kekuatiran ini terjadi karena pada pelaksanaan ibadah haji tahun lalu telah menelan korban sekitar tujuh ratusan nyawa melayang.
“Tahun lalu ada sekitar tujuh ratusan meninggal dunia karena sebelum fase ARMUZNA, terlalu memforsir tenaganya, hotelnya yang jauh karena nafsu mengejar pahala setiap harinya shalat di Masjidil Haram, akhirnya kecapean, kondisi fisiknya melemah sehingga pada saat pendorongan ke ARMUZNA, JCH terkesan memaksakan diri akhirnya drop dan game over alias meninggal,” jelas Afifuddin.
Ironi ini terjadi menurut Afifuddin adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang hal yang terpenting saat beribadah haji. Menyempurnakan rukun dan wajib haji adalah rangkaian ibadah yang harus diprioritaskan oleh jemaah ketimbang mengejar pahala yang terhitung sunnah.
“Saya contohkan shalat, tidak mesti harus shalat di Masjidil Haram baru mendapat seratus ribu pahala, shalat di mana saja selama berada di kota Haram Makkatul Mukarramah, pahalanya tetap diganjar seratus ribu pahala,” ujar Afifuddin.
Menurut Afifuddin yang juga salah satu dosen UIN Makassar ini, hal yang menjadi prinsip dalam beribadah haji adalah “hidup, sehat dan sadar.”
“Maka orang yang memiliki prinsip tersebut akan menganut pola hidup sehat, mengelola waktu istirahatnya dan yang terpenting tahu dan faham dalam menyikapi ibadah,” tambahnya.
Kepada jemaah Afifuddin berpesan,”persiapkan fisik dan mental ketika di Arafah, lebih banyak beristighfar, perbanyak dzikir, doa keselamatan diri dan keluarga, begitupun ketika bergerak ke Musdhalifah sambil mempersiapkan batu-batu kecil untuk agenda pelontaran di Mina, jumratul Aqabah, Ula dan Wusta.”
Tips untuk mempersiapkan fisik yang kuat dan sehat menghadapi fase ARMUZNA juga telah disampaikan sebelumnya oleh Dokter Nasrullah, Konsultan Kesehatan yang juga sektor 1 wilayah syisyah.
Nasrullah dalam penyampaiannya mengimbau jemaah ketika bergerak ke ARMUZNA agar jemaah membawa bekal ringan seperti roti, vitamin, air minum secukupnya.
Selain itu, menyikapi suhu yang panas, yang diperkirakan bisa mencapai 45 sampai 50 derajat Nasrullah mengingatkan agar jemaah bawa kacamata, pelembab, dan alas kaki.
“Pakai kacamata untuk mencegah mata mengalami iritasi, agar kaki tidak melepuh, pakai sandal,” pesan Nasrullah.
Pembimbingan yang menitikberatkan pada ibadah dan kesehatan ini diharapkan menjadikan jemaah dalam menyelesaikan ibadah mereka, dalam kondisi sehat, selamat serta memperoleh haji mabrur.
Kebijakan pemerintah Arab Saudi bagi lansia untuk mengurangi resiko kematian ada istilah Mudzur yaitu lansia yang dimuat oleh bus untuk pergerakan ke Musdhalifah, jemaah lansia diberi keringanan untuk tidak turun dari bus, melakukan mabit/bermalam di Mina, dan selanjutnya diteruskan ke tenda Mina. Bahkan para lansia dianjurkan untuk membadalkan pelemparan ke jemaah yang kuat. Soalnya di Musdhalifah dan Mina itu lautan manusia, semua umat Islam bersatu dan berkumpul melakukan mabit di Musdhalifah dan pelontaran di Mina. (*)