Ustadz Syafruddin menyampaikan tuntunan singkat salat Idul Adha
Polman, mandarnews.com – Idul Adha merupakan momen tepat merefleksikan keteladanan Nabi Ibrahim AS (baca: alaihissalam). adalah tema khotbah idul adha yang digemakan di pondok pesantren modern Al-Ikhlas. Khotbah Idul Adha dibawakan pimpinan pesantren (Pimtren) modren yang terletak di Lampoko Kecamatan Campalagian kabupaten Polewali Mandar, Minggu 11/8.
“Keteladanan Nabi Ibrahim AS, sebuah keteladanan yang diwariskan kepada para pengikutnya, dan keteladanan yang diwariskan kepada kita semua, keteladanan yang mendapat rekomendasi dari Allah SWT, dan dimuat di dalam media abadi bernama Al-Qur’anul Karim, keteladanan dalam membela agama, mendakwahkan tauhid dan menerima segala resiko di jalan itu tanpa sedikitpun mengeluh, kita semua yang menuntut ilmu ini masih lebih rendah kadarnya dibanding dengan ujian yang dihadapi nabi Ibrahim, beliau tidak mengeluh,” kata ustadz Syafruddin, Pimtren Modern Al Ikhlas dalam khotbahnya.
Nah, kita sebagai orang-orang yang menjalani yang namanya Tholabul ‘Ilmi (menuntut ilmu), kata Syafruddin, tentu kita menjauhkan diri kita dari sifat mengeluh karena mengeluh itu akan melemahkan jiwa kita. Keteladanan ini keteladanan dari nabiullah Ibrahim adalah keteladanan dalam membela agama, mendakwahkan tauhid dan menerima segala resiko di jalannya namun tidak mengeluh akan tetapi bersabar di jalan dakwah.
Ustadz Syarifuddin berharap berharap dengan mengambil keteladanan akan kesabaran nabiullah Ibrahim dan diwariskan kepada anaknya nabi Ismail as., insya Allah keteladanan itu akan diwariskan kepada semua selama ingin meneladani dari contoh contoh kebaikan yang diperankan oleh Ibrahim AS, keteladan dalam mengemban amanah dakwah itu, keteladahan sebagai orang santri dalam menuntut ilmu dan keteladan kita di tengah-tengah masyarakat.
“Insya Allah, Allah akan menolong kita di saat kita membutuhkan pertolongan maka Allah akan mmberikan pertolongannya kepada kita. Saat kita kekurangan maka Allah mencukupkan. Di saat menghadapi masalah maka Allah berikan jalan keluar dari permasalah yang kita hadapi. Sehingga apapun yang menimpa kita di dunia, karena berpegang teguh kepada agama Allah tidak membuat kita bersedih hati dan khawatir karena kita bersama dengan zat yang Maha Agung kita bersama dengan yang Maha Besar maka tidak ada cara bagi untuk mendapatkan ketenangan melainkan dengan mengisi kekosongan hati dan pikiran kita dengan bergantung kepada pertolongan Allah SWT,” kata Syafruddin.
Dalam khotbahnya, ustadz Syarifuddin menyampaikan riwayat perjuangan Nabi Ibrahim menegakkan tauh seorang diri. Tidak ada yang menemani. Bahkan Bapaknya sendiri yang menyembah berhala menjadi target dakwahnya. Berikut petikan dakwah mengenai riwayat perjuangan Nabi Ibrahim AS yang disampaikan ustadz Syafruddin :
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Qur’an: Yunus (62)
Maka salah satu sosok yang bisa kita teladani sebagai wali Allah yang tidak merasakan khawatir dan juga tidak bersedih atas apa yang menimpanya di jalan Allah adalah Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim adalah pembawa risalah kebenaran satu-satunya waktu itu. Semua kaumnya berbuat syirik. Ada yang menyembah bintang-bitang dan ada pula yang menyembah berhala. Dan bapak dari nabi Ibrahim termasuk yang menyembah berhala.
Dakwah pertama yang dilakukan nabi Ibrahim AS adalah menyuruh bapaknya kepada agama tauhid. Agar bapaknya mau mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Ibrahim AS. Allah swt mensahkan dakwah Ibrahim kepada bapaknya.
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “wahai bapakku mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun. Qur’an : Maryam (42)
Namun ajakan Ibrahim kepada Bapaknya untuk bertauhid, menjadikan Allah sebagai satu-satunya zat yang disembah, ditaati, dan diikuti aturannya, berbuah ancaman
Bapak dari Ibrahim berkata, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku wahai Ibrahim ? Jika kamu tidak berhenti maka niscaya akan kurajam dan tinggallkan aku dalam waktu yang lama.
Meskipun mendapat penolakan dari bapaknya, Ibrahim tidak putus asa. Ia terus membuat argumentasi, alasan-alasan yang membuat kaumnya mati kutu. Dan puncak dari itu semua adalah ketika Nabi Ibrahim dengan gagah berani menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya dan menyisakan berhala paling besar dan mengalungi kapak besar di lehernya.
Nabi Ibrahim memahami betul dengan resiko yang akan dia hadapi atas perbuatannya. Kemurkaan dan kemarahan besar dari kaumnya tidak akan dapat dihindarkannya. Akan tetapi nabi Ibrahim AS tetap melakukan hal tersebut untuk memberikan pesan yang jelas kepada kaumnya. Bahwa penyembahan kepada patung-patung adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia.
Mereka berkata, “Siapa yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya ia termasuk orang yang berbuat zalim.”
Mari kita simak pertanyaan mereka, “Siapa yang melakukan ini kepada tuhan-tuhan kami. Kalau seandainya sesembahan mereka itu sesuatu yang layak disembah maka mana mungkin membiarkan seoarang anak muda Ibrahim menghancurkannya. Sebuah pernyataan yang secara otomatis membantah kesyirikan mereka.
Mereka sepakat bahwa yang melakukan ini pastilah Ibrahim sehingga mereka menyidang Ibrahim di hadapan khalayak ramai.
Apakah itu kamu yang melakukan ini kepada tuhan-tuhan kami ? Nabi Ibrahim kembali menyampaikan kebatilan cara berpikir mereka. Nabi Ibrahim kembali menjelaskan dengan cermat bahwa apa yang mereka sembah selain Allah adalah kebatilan yang nyata.
Ibarahim berkata,”Sebenarnya yang melakukan adalah patung yang besar ini, silahkan tanyakan kepadanya jika seandainya mereka mampu berbicara.”
Nabi Ibrahim kembali membuat mereka mati kutu. Sebuah jawaban yang meluluhlantakkan pondasi kesyirikan mereka. “Silahkan tanya tuhan-tuhan kalian jika mereka bisa berbicara”. Sebuah jawaban yang membuat mulut mereka terbungkam.
Jangankan dijadikan tuhan, untuk dijadikan budak saja mereka tidak layak. Ketika seseorang akan membeli budak dan dia dihadapkan kepada dua budak, yang satu bisu sedangkan yang satunya bisa berbicara, maka tentunya dia akan memilih yang bisa berbicara. Nah untuk memilih budak saja seseorang mengutamakan yang bisa berbicara, lantas bagaimana mungkin seorang memilih tuhan yang tidak bisa berbicara.
Setelah mereka mengakui bahwa apa yang mereka sembah itu tidak bisa bicara. Maka nabi Ibrahim kembali menyerang pondasi mereka dengan bertanya “apakah kalian beribadah kepada selain Allah yang tidak bisa memberikan manfaat sedikitpun dan juga tidak bisa memberikan mudarat sedikitpun.”
Setelah mereka tahu bahwa pondasi kebatilan mereka diruntuhkan oleh argumentasi Nabi Ibrahim AS, mereka kemudian berlaku sewenang-wenang terhadap nabi Ibrahim AS.
Inilah tabiat dakwah dan para pengusungnya. Tidak ada seorang yang mewakafkan dirinya untuk berdakwa mewakafkan dirinya untuk berjuang di jalan agama Allah melainkan akan medapatkan ujian bahkan gangguan mental dan fisik.
Bisa kita bayangkan bagaimana mencekamnya kondisi yang dihadapi nabi Ibrahim ketika itu. Ketika seluruh manusia memusuhinya. Ketika kaumnya mempersekusinya. Dan tidak ada yang berpihak kepadanya seoarang pun.