Salah satu kegiatan Kampung Keluarga Berencana di Sulawesi Barat
Polewali, mandarnews.com – Minat masyarakat Polewali Mandar untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) masih terbilang rendah. Ini dibuktikan dengan catatan capaian peserta KB oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Barat yang dirilis pekan lalu.
Catatan capaian peserta tersebut didasarkan pada program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada periode Januari-Desember 2018.
Dengan capaian peserta Keluarga Berencana sebesar 53,93%, Polewali Mandar merupakan daerah kedua dengan peserta Keluarga Berencana terendah setelah Mamuju Tengah dengan angka 43,87%.
“Tertinggi pencapaian peserta KB adalah Majene sebanyak 111,07%, Mamuju sebanyak 95,57 %, kemudian Mamasa sebanyak 89,54%, disusul oleh Pasangkayu sebanyak 68,75%,” ujar Andi Rita Mariani selaku Kepala BKKBN Sulawesi Barat dalam rilisnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak (DPPKB PPA) Kabupaten Polewali Mandar Ahmad Kilang mengakui bahwa minat warga Polewali Mandar untuk menggunakan alat kontrasepsi (alkon) masih rendah.
“Banyak alasan warga tidak menggunakan alkon. Di Polman ini alkon yang paling banyak digunakan itu suntik KB dan terendah kondom,” kata Ahmad Kilang, Rabu (13/2).
Ia menambahkan, banyaknya Pasangan Usia Subur( PUS) di Polewali Mandar sebanding dengan PUS di tiga kabupaten di Sulawesi Barat yang digabung menjadi satu.
“Hal itu karena jumlah penduduk di Polman memang yang terbesar di Sulbar. Untuk PUS di Polman jumlahnya 65,988 pasang, sedangkan pasangan KB aktifnya berjumlah 43,933,” bebernya.
Sebab itu, Dinas PPKB PPA pun menggalakkan kepesertaan KB dengan program Kampung KB yang sudah ada di 43 titik yang tersebar di 16 kecamatan di Polewali Mandar.
“Selama ini yang menghambat pencapaian KB di Polman yaitu persoalan jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan tenaga penyuluh KB. Kecamatan yang paling rendah capaian KBnya yakni Alu kemudian disusul Balanipa dan Matangnga karena kondisi geografis wilayah,” sebut Ahmad Kilang.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya sudah aktif memberikan pelayanan, hanya saja jumlah penduduk lebih besar. Jadi, untuk sementara pelayanan lebih diprioritaskan di pesisir pantai dan pegunungan yang mayoritas masyarakatnya kurang mampu.
Salah seorang warga bernama Siti Hatijah menuturkan, soal menggunakan KB atau tidak itu tergantung dengan kesepakatan suami istri.
“Saya tidak pernah menggunakan alkon. Tapi kembali lagi dengan kesepakatan bersama pasangan masing-masing. Kalau saya pribadi sih tidak tertarik,” tukas ibu dua anak ini.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar, jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk memang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Di tahun 2016, jumlah penduduk Polewali Mandar sebanyak 427.484 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,11%. Jumlah ini meningkat di tahun 2017 menjadi 432.692 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,22%.
Reporter : Ilma Amelia