Kabid Perikanan Kabupaten Mamasa, Andronius
Mamasa, mandarnews.com – Belum maksimalnya pembenahan sektor perikanan di Kabupaten Mamasa membuat produksi di bidang ini masih terbatas dan berbanding terbalik dengan kebutuhan.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Kabupaten Mamasa, Andronius, A.Pi saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (19/6/2019) menjelaskan, produksi benih tahun 2018 mencapai 3.100 ton per tahun.
“Sementara konsumsi ikan per kapita per tahun sebesar 42 kilogram dari jumlah penduduk 162.000 jiwa, maka konsumsi ikan per tahun di Kabupaten Mamasa mencapai 7.000 ton dan kekurangan hampir 4.000 ton per tahun,” ujar Andronius.
Ia menjelaskan, sektor produksi pembenihan hanya memproduksi 2 juta ekor per tahun dari dua Balai Benih Ikan (BBI) yang ada di Tamalantik dan BBI Bambang Buda, Unit Pembenihan Rakyat (UPR), dan beberapa unit milik masyarakat.
“Di sisi lain, jumlah penyuluh perikanan hanya tujuh orang untuk melayani 17 kecamatan dari yang semestinya satu penyuluh per kecamatan,” kata Andronius.
Selain itu, lanjutnya, beberapa lahan perikanan kelompok masyarakat masih dikelola secara tradisional atau belum menggunakan teknologi perikanan.
“Soal pembenahan kami masih sangat lemah sebab kondisi keuangan daerah yang terbatas dan masih fokus pada pembenahan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan sehingga peningkatan ekonomi masyarakat melalui sektor perikanan juga masih terbatas,” tutur Andronius.
Menurutnya, yang cukup membantu Dinas Perikanan Kabupaten Mamasa adalah satu unit excavator untuk perluasan lahan perikanan yang ada pada koperasi di Kecamatan Tawalian.
“Ada juga pembuatan pakan mandiri yang dikelola koperasi milik BPMS-GTM (Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja Mamasa) yang kelak diharapkan mampu menghasilkan pakan ikan berkualitas dengan kandungan protein yang lebih tinggi serta menekan harga di pasaran pakan ikan yang mencapai Rp10 ribu per kilogram,” sebut Andronius.
Ia menjabarkan, dua jenis bantuan tersebut berasal dari Kementerian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia.
“Kami sudah menyusun program tahunan untuk bantuan kelompok perikanan bagi masyarakat guna meningkatkan produksi perikanan, namun tentunya masih terbatas sebab anggaran juga terbatas,” ucap Andronius.
Karenanya, tambahnya, jika ada kelompok masyarakat yang ingin melakukan percetakan lahan perikanan secara mandiri dapat difasilitasi oleh Dinas Perikanan.
“Di Kabupaten Mamasa ada 300 lebih kelompok tani dalam pendampingan perikanan. Pemberian bantuan juga bertahap karena kondisi keuangan dan dirolling tiap kelompok,” tutur Andronius.
Ia menerangkan, jenis ikan yang dikembangkan di Mamasa adalah ikan mas , ikan nila, dan ikan lele.
“Tahun ini akan dilakukan pengadaan calon induk ikan lele dan ikan patin yang kemudian akan disebar ke kelompok masyarakat,” tukas Andronius.
Menurutnya, faktor yang juga memengaruhi pengembangan perikanan di Mamasa adalah penurunan anggaran. Tahun 2018, anggaran untuk Bidang Perikanan sekitar Rp2.132.000.000, sementara di tahun 2019 sekitar Rp1,4 M termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Termasuk di dalamnya kegiatan fisik untuk rehabilitasi dan pemanfaatan Rp1,1 M pada dua BBI, untuk pendampingan Rp55 juta, kemudian khusus operasional BBI dan Bidang Perikanan Rp95 juta, sehingga hanya Rp150 juta untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di sektor perikanan,” beber Andronius.
Ia juga mengungkapkan, pihaknya menargetkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2019 sebesar Rp95 juta. Jumlah ini menurun dari pencapaian tahun 2018 sebesar sekitar Rp0100 juta.
Salah satu pengurus Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Mamasa, Sudiarno, saat dikonfirmasi via telepon berpendapat, yang perlu diperhatikan Dinas Perikanan Mamasa sekaligus jadi masukan ialah bagaimana memprioritaskan pengembangan ikan yang cepat bekembang dan mudah dibudidayakan, seperti ikan nila dan mujair agar kebutuhan masyarakat terpenuhi dan tidak tergantung pada ikan laut.
“Jangan terfokus pada ikan mas yang mahal dan membutuhkan waktu lama,” imbuh Sudiarno.
Ia berharap, dalam proses pemberian dukungan Dinas Perikanan terhadap masyarakat sebaiknya lebih perhatikan kelayakan atau syarat bagi penerima yang benar-benar ingin berbuat, seperti memiliki kolam yang layak.
“Jika perlu, jangan hanya fokus pada kelompok jika tidak maksimal,” papar Sudiarno.
Menurutnya, lebih baik mendukung personal masyarakat yang benar-benar mau serius pada sektor perikanan. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia