Kisruh ujian tulis calon pendamping desa terus berlanjut, kali ini peserta yang tidak puas atas pelaksanaan seleksi mengadu secara resmi ke Ombudsman Perwakilan Sulawesi Barat. Salah satu tuntutan yang disampaikan ke Ombudsman adalah meminta pemeriksaan lembar jawaban dilakukan transparan dan keadilan.
Salah seorang peserta yang resmi mengadukan proses seleksi pendamping desa ke Ombudsman adalah Awaluddin. Peserta ini melalui lembaga Masagena Sulawesi Barat meminta agar Ombudsman segera turun tangan mengawasi pelaksanaan seleksi pendamping desa se Sulbar yang dipusatkan di Majene.
"Melihat proses seleksi ujian tulis, peserta mulai khawatir, masyarakat melaporkan potensi diskriminasi terhadap seluruh proses tahapan," tulis Awaluddin dalam pengaduannya ke Ombudsman.
Surat pengaduan Lembaga Masagena Sulawesi Barat ke ketua Ombudsman Sulbar ini bertanggal 28 Mei 2016 dengan ditembuskan ke sejumlah pihak antara lain : Kementerian Desa, Gubernur Sulbar dan Kepala BPMD Sulbar.
Sebelumnya saat pelaksanaan ujian tulis, Awaluddin bersama sejumlah peserta sudah menyampaikan keberatan atas pelaksanaan ujian yang dinilai tidak sesuai ketentuan.
Kepada wartawan usia ujian tulis, Awaluddin bersama sejumlah peserta lainnya mengemukakan berbagai permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan ujian tulis di Majene, Sabtu, (28/5/2016) kemarin.
Masalah itu mulai dari pemindahan lokasi ujian secara mendadak dari aula LPMP Sulbar ke GOR Majene.Peserta menilai ujian yang tepat sesuai pengumuman pemerintah melalui website dan email adalah ujian yang berlangsung di aula LPMP Sulbar di Rangas Majene dan aula masjid Agung. Namun mendadak sehari sebelum ujian berlangsung, lokasi ujian yang di LPMP sulbar dipindah ke GOR.Peserta menyayangkan minimnya sosialisasi panitia dan kementerian desa menjelasn ujian tulis.
"Peserta sebagian menerima email pagi – pagi sebelum ujian dan masih tertulis di LPMP, akhirnya jadi terlambat tiba di lokasi pemindahan, akibatnya hanya sedikit waktu digunakan mengisi lembar jawaban, ini tentu merugikan peserta," katanya.
Selain memprotes pemindahan tiba – tiba lokasi ujian, peserta juga mengeluhkan lokasi ujian yang sangat tidak layak, selain suhu di GOR yang sangat panas, kursi yang disiapkan penyelenggara juga tidak bisa digunakan dengan baik, akhirnya sebagian peserta memilih melantai di GOR.
Secara terpisah, panitia ujian tulis Seleksi Pendamping Desa, Abdul Kadir Paloloang yang juga kepala LPPM & PM ( Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Penjaminan Mutu ) Unsulbar mengakui memang ratusan peserta tidak hadir, dari total peserta seleksi 1232 orang sebanyak 20 persen tidak datang ujian tulis.
Mengenai pemindahan lokasi ujian, Panitia Seleksi dari Unsulbar justru menyalahkan pengelola aula Lembaga Penjamin mutu pendidikan ( LPMP ) Rangas. Pihak Unsulbar menilai LPMP yang membatalkan secara sepihak.
" Ada kegiatan mendadak LPMP katanya diklat guru," kata panitia Unsulbar lainnya, Nurlela yang mendampingi Kadir Paloloang.
Panitia seleksi dari Unsulbar mengklaim, pemindahan lokasi ujian tidak terlalu bermasalah karena sehari sebelum ujian pihaknya sudah memasang spanduk di LPMP Rangas bahwa tempat ujian dipindahkan ke GOR.
Panitia meyakini para peserta sudah mengetahui pemberitahuan itu meski dipasang hanya sehari sebelum ujian. Para peserta seleksi calon pendamping desa sendiri berasal dari 6 kabupaten se Sulbar seperti Mamasa dan Mamuju Utara yang baru tiba di Majene pagi sebelum ujian berlangsung.
LPMP Bantah tudingan Panitia Seleksi Pendamping Desa
Sementara itu, Kepala LPMP Sulbar Sinar Alam, Minggu (29/05/2016) membantah keras pernyataan Unsulbar bahwa pihak LPMP yang menjadi penyebab pemindahan lokasi ujian.
Menurut Sinar, sejak awal saat Panitia Seleksi Pendamping Desa Unsulbar memasukkan surat, pihak LPMP Sulbar sudah menyampaikan gedung tidak bisa dipakai ujian tulis karena sebelumnya telah ada yang meminjam terlebih dahulu.
"Sudah jauh – jauh hari memang sudah kami beritahu ke Unsulbar bahwa tanggal 28 – 29 ( Mei,-) aula tidak bisa dipakai, jadi bukan kami yang batalkan tempatnya," tegas Sinar Alam.
Sinar Alam menyampaikan sejak Unsulbar memasukkan surat, pihak LPMP sudah menyampaikan bahwa aula sudah ada yang memesan terlebih dahulu. Ia menyatakan kalau panitia seleksi Unsulbar tetap ingin di LPMP, pihaknya sudah menawarkan aula lainnya di LPMP namun tidak diterima Unsulbar.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu protes peserta seleksi pendamping desa di Majene adalah pemindahan secara mendadak lokasi ujian dari LPMP ke GOR Majene. Sejumlah peserta dilaporkan terlambat tiba di GOR karena terlambat mengetahui pemberitahuan pemindahan tersebut. (Irwan)