Tantangan pengasuhan anak di era
modern ini menjadi salah satu pembahasan dalam Capacity Building yang
diselenggarakan oleh IMZ Dompet Dhuafa, Yayasan Karampuang, dan PTTEP dalam
rangka pembekalan terhadap 45 orang Guru, Tenaga Pendidik, Komite serta
perwakilan Orang Tua dari 9 unit SIOLA Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin
(29/2). PTTEP, sebuah perusahaan minyak dan gas bumi yang berasal Thailand,
telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2010 dan memiliki komitmen untuk
mengimplementasikan aktivitas CSR di wilayah operasionalnya serta turut
mendorong keberlanjutan program tersebut, termasuk SIOLA yang terdapat di
Kabupaten Mamuju ini.
“Pembentukan karakter merupakan
proses pembentukan perilaku manusia yang terjadi melalui sebuah proses yang
panjang sejak lahir hingga dewasa. Menurut teori Tabula Rasa, semua manusia
terlahir baik. Oleh karena itulah, syarat utama dalam pembentukan karakter
ialah memberikan kasih sayang terlebih dahulu sejak usia dini. Kasih sayang, kehangatan,
rasa aman, dan do’a orang tua merupakan beberapa kunci pembentukan karakter
anak”. Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti MSc., IMZ Associate Expert
dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB yang
menjadi salah satu fasilitator dalam pelatihan ini.
Direktur IMZ, Kushardanta Susilabudi menambahkan, “Abad 21
itu era-nya perempuan. Potensi Mamuju luar biasa, dan SIOLA salah satu motor
penggeraknya. Masa depan anak adalah masa depan Mamuju. Ada dua hal yang
merusak masa depan anak kita yaitu narkoba dan seks bebas.”
Training yang dilakukan selama 4
hari ini, Senin (29/2) – Kamis (3/3), di hotel Marannu dan SIOLA Bhayangkari Mamuju ini diharapkan mampu
mengasah wawasan dan keterampilan dalam pengasuhan anak, pengelolaan manajemen
sekolah dan peningkatan peran pembangunan sekolah.
“Ketika kita bicara 25 tahun Sulawesi Barat ke depan, tergantung dari anak-anaknya,
gizinya dipenuhi, kualitas pengasuhannya tanpa kekerasan. Salah satu tantangan Mamuju
tentang SIOLA yakni pemahaman tentang SIOLA dan PAUD HI yang terpisah. SIOLA
dan PAUD HI harus menyatu. Harusnya tidak hanya dikelola oleh Dinas Pendidikan,
tetapi juga Dinas Kesehatan, Bagian Perlindungan Anak, dan para pihak lainnya”,
pemaparan konsultan UNICEF, Muhammad Shakir.
Kegiatan ini dibuka oleh Sekdakab Mamuju. “Yang dapat mencegah kemungkaran adalah
kecerdasan spiritual. Di pendidikan usia dini inilah kita tanamkan kecerdasan
ini. Di era kita saat ini banyak pengaruh goncangan yang terjadi, narkoba
obat-obatan terlarang. Ini tantangan bagi kita. Harapan kita, narkoba harus
kita musnahkan di Mamuju. Ini menjadi ibaratnya penyakit, dia bisa menjadi
wabah dan menjangkit kapan saja, bisa tertular siapa saja. Maka kita harus
kasih vaksin agar tidak terjangkit,” demikian semangat pembukaan dari
Sekretaris Daerah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat Drs. Muh Daud Yahya MSi.
SIOLA sebagai salah satu garda terdepan dalam membangun karakter anak
di Mamuju diharapkan juga mampu menggerakkan perekonomian mikro dengan
mengembangkan tanggung renteng atau koperasi yang berbasis pada potensi ekonomi
dan pemberdayaan di masing-masing lingkungan. Untuk itu, para peserta diberikan
wawasan pengembangan dasar keuangan Mikro dengan belajar dari pengalaman Baitul
Maal wa Tanwil (BMT) Beringharjo Yogyakarta bersama pendirinya langsung yakni
ibu Mursida Rambe. Selain memiliki sejarah membangun bisnis jasa keuangan mikro
yang sukses, ia juga berharap SIOLA mampu tumbuh menjadi unit yang
berkelanjutan dan mandiri.(rizaldy/prasetyo)