Beberapa guru Alumni SMU PGRI Somba yang hadir. berfoto bersama dengan alumni 1986 -2002
Sendana, mandarnews.com – Alumni SMU PGRI Somba melaksanakan Reuni Akbar pertama, Sabtu (8/6). Reuni ini dirangkaikan halal bi halal. Walaupun yang hadir sekira empat puluhan orang dari seluruh alumni 1986 hingga 2002, namun acara tersebut berkesan bagi alumni dan mampu mengingatkan hal yang sudah tersamarkan saat masih memakai putih Abu-abu.
Meski SMU PGRI hanya mampu 16 kali menamatkan siswa-siswi, namun sekolah tersebut banyak menelurkan Sumber Daya Manusia yang handal, seperti halnya pimpinan cabang perusahaan milik BUMN, menjadi guru besar di salah satu universitas ternama, dan sebagainya.
Bahkan Wakil Bupati Majene, Lukman, S.Pd. M.Pd. sempat bersekolah di SMU PGRI Somba, dan menjadi siswa perdana di sekolah tersebut.
“Saya itu siswa perdana SMU PGRI Somba, namun karena pada waktu itu tidak ada jurusan IPA di SMU PGRI Somba, akhirnya sebanyak 17 Siswa pindah ke SMA 1 Majene, tapi tidak mudah untuk lolos di SMU 1 Majene jurusan IPA, kami harus mengikuti beberapa test dan dari 17 siswa yang melakukan test hanya 3 lolos” jelas Lukman saat memberi sambutan dalam reuni yang digelar di gedung serba guna Sendana, tadi malam.
Lukman juga mengkisahkan bahwa di sekolah SMU PGRI Somba pada masanya, sempat dijuluki SMU 7 10, masuk jam 7 pulang jam 10, itu disebabkan karena kurangnya tenaga pendidik.
Pada kesempatan itu, Dia pun berterimahkasih kepada tokoh pendidik di Kecamatan Sendana, dari Almarhum Drs Abd Kadir, Almarhum Muh. Yusuf K, Almarhum Kasida, BA, Madiara, BA dan beberapa tokoh lainnya yang telah berjasa pada dunia pendidikan di Kecamatan Sendana, terkhusus SMU PGRI Somba.
Sementara Dra. Rosdiana Rasak yang mewakili Drs Madjid Madawali selaku Kepala Sekolah pada waktu itu, mengkisahkan awal berdirinya SMU PGRI Somba, hingga penamatan terakhir di tahun 2002.
Rosdiana Rasak yang mengabdi sejak tahun 1986, juga menyampaikan bahwa selama dia mengabdi dari tahun 1986 hingga 2002, hanya ada sekira 40 guru yang mengabdi baik PNS maupun honorer.
“Dan bahkan pada awal berdirinya SMU PGRI Somba, guru-guru tidak digaji, karena kurangnya dana yang ada,” ungkapnya
Rosdiana juga mengisahkan bahwa perjuangannya bersama rekan-rekan guru dari Drs Samsu, dan lainnya. mengubah imej SMU PGRI Somba dari sekolah 7 10 menjadikan sekolah seperti pada umumnya, yang belajar dengan waktu normal.
Reuni SMU PGRI Somba, juga mengingatkan memori para alumni, dari kisa lucu hingga mengharukan.
Seperti kisah salah satu Alumni, Rahmatullah, yang harus rela betisnya di hantam mistar karena membuat kesalahan di sekolah, ataupun merelakan jidatnya terkena lemparan penghapus, karena tidak memperhatikan pelajaran.
Sedangkan kisah sedih yang cukup menyentuh hati, yang membuat seisi ruangan matanya berkaca-kaca bahkan ada yang meneteskan air mata, saat salah satu alumni SMU PGRI Somba 1999, Hamrul Ilyas, berkisah.
Bahwa sebenarnya dia tidak ingin melanjutkan sekolahnya, semenjak tamat di SLTP 1 Sendana. Sambil, terseduh-seduh menahan tangis, Hamrul mengisahkan bahwa pada akhirnya bisa bersekolah setelah salah satu guru SMU PGRI Somba, Dra Rosdiana Rasak. mengajaknya untuk melanjutkan studinya di SMU PGRI Somba.
Dan setelah lulus SMU PGRI Somba, dia pun mengaku tidak ada niat untuk kuliah, tapi lagi-lagi atas dukungan para guru SMU PGRI Somba, terkhusus Rosdiana.yang memberikan motivasi dan dukungan untuk kuliah.
Seusai kuliah dia pun mencoba mendaftar bekerja di BPJS ketenagakerjaan, dan akhirnya lolos dan sempat bertugas di beberapa kota di Indonesia, dan saat ini menjadi Kepala BPJS cabang Majene-Polewali Mandar. (Haslan)