Pengunjung bersiap-siap mengambil durian usai Festival Durian Runtuh dibuka secara resmi oleh Bupati Majene.
Majene, mandarnews.com – Ribuan pengunjung menyukseskan Festival Durian Runtuh di Desa Lombang, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Kegiatan yang digelar selama dua hari, Sabtu hingga Minggu (23-24/7) dibuka langsung oleh Bupati Majene, Andi Achmad Syukri Tammalele (AST).
Meski jarak menuju lokasi sangat jauh, ditambah dengan terjalnya jalan berkelok-kelok penuh kerikil lepas, hal itu tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk bisa mencicipi langsung durian khas Malunda.
Apalagi, dalam Festival Durian Runtuh ini, panitia pelaksana menyiapkan setidaknya kurang lebih 2.000 durian yang bisa dicicipi langsung para pengunjung secara cuma-cuma atau gratis, melebihi rencana sebelumnya yakni hanya 1.000 durian.
Bupati Majene AST pun un sangat mengapresiasi adanya Festival Durian Runtuh tersebut.
Menurut AST, dari 20 kelurahan dan 62 desa di Kabupaten Majene, baru kali ini ada desa yang melaksanakan Festival Durian Runtuh.
“Meski demikian, saya menyayangkan karena akses atau jalan menuju desa ini rusak,” ujar AST.
Ia melihat banyak potensi di desa tersebut, mulai dari potensi agrowisata dan destinasi wisata lainnya sehingga ia selaku Bupati Majene meminta kepada Kepala Desa (Kades) Lombang agar memaksimalkan pengusulan perbaikan jalan.
“Meskipun potensi desa ini banyak tapi akses masih rusak tetap tidak akan banyak yang melirik karena orang akan berpikiran sehingga ke depan agar perbaikan jalan ini dapat dimaksimalkan serta diprioritaskan,” jelas AST.
Mantan Sekretaris Daerah Majene ini pun sangat mendukung pembentukan agrowisata di Desa Lombang. Namun, AST mengingatkan bahwa apapun sarana dan prasarana harus terlebih dahulu dilengkapi, termasuk perbaikan jalan.
Penjabat (Pj) Kepala Desa Lombang Fauzan mengatakan, tujuan utama pelaksanaan Festival Durian Runtuh ini adalah untuk mengeksplor potensi yang ada di Desa Lombang.
“Selain itu, juga menjadi salah satu cara untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat,” sebut Fauzan.
Ia menyampaikan, sejak dulu Desa Lombang terkenal sebagai penghasil durian yang mempunyai ciri khas tersendiri sehingga perlu dilakukan promosi.
Selain itu, pihaknya juga menyampaikan bahwa terdapat banyak potensi yang ada di Desa Lombang seperti potensi agrowisata dan destinasi wisata lainnya sehingga perlu dikembangkan.
“Ini adalah langkah awal dari sebuah program kerja saya sebagai penjabat kepala desa,” ucap Fauzan.
Ia bercita-cita agar ke depan Desa Lombang dapat kembali dikenal seperti dulu, tidak hanya durian dan agrowisatanya, tapi juga sebagai sentra penghasil kakao di Sulbar.
“Tapi karena kurangnya sentuhan, baik itu dari pemerintah ataupun stakeholder lainnya sehingga potensi kakao sudah tidak menjanjikan lagi di Lombang sehingga kita mau mengembalikan Lombang yang dulu,” tutur Fauzan.
Tanggapan pengunjung Festival Durian Runtuh
Abriawan Nugraha Putra, salah satu pengunjung yang ikut memeriahkan Festival Durian Runtuh mengaku sangat senang bisa hadir dan mencicipi langsung durian khas Malunda, utamanya Desa Lombang.
Abriawan yang hadir satu hari sebelum kegiatan dibuka mengaku sangat terhibur, apalagi peserta festival ini sangat ramai, melebihi harapan panitia sebelumnya.
Menurut Abriawan, durian yang ada dalam festival tersebut memang beda dari durian pada umumnya yang banyak dijual. Apalagi, durian yang diikutkan dalam festival tersebut adalah durian pilihan desa-desa di Malunda.
“Rasanya enak, beda dengan yang lain, apalagi durian pilihan,” tukas Abriawan.
Meski banyak yang bergembira dan senang dalam pelaksanaan Festival Durian Runtuh ini, namun ada juga pengunjung yang merasakan kekecewaan karena tidak mendapatkan durian dan pembagian ke pengunjung tidak sesuai ekspektasinya.
Seperti yang disampaikan oleh Nelfi. Ia kecewa karena pembagian durian yang dilakukan oleh panitia tidak berjalan dengan baik.
“Pantia sudah mengumumkan agar nanti duriannya diantarkan ke tenda. Pas di tenda yang diprioritaskan yang menuju ke lapangan. Kami bingung mau ngapain, kami merapat disuruh mundur, kami ke tenda eh nggak kebagian,” ungkap Nelfi.
Ia berpendapat, harusnya panitia satu suara dan konsisten dengan aturan yang ada sehingga pengunjung yang ada tidak merasa kecewa dan pembagian durian merata.
“Kasihan loh kami yang jauh-jauh mendaki gunung, tapi tidak sesuai dengan ekspektasi. Sehingga, harapannya ke depan agar mekanisme atau aturan pembagiannya nanti dipertahankan atau konsisten dengan satu mekanisme saja,” ujar Nelfi yang berasal dari Kota Majene.
Festival Durian Runtuh juga dimeriahkan dengan Lomba Durian Terenak. Pesertanya adalah desa-desa di Kecamatan Malunda yang wajib membawa durian pilihannya untuk diikutkan. Adapun jurinya adalah Bupati Majene, Komandan Distrik Militer (Dandim) 1401 Majene, serta pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) yang sempat hadir.
Selain itu, beberapa pengunjung memilih berkemah di lokasi dengan harapan dapat mendapatkan durian. Pihak panitia juga lebih awal membuka kegiatan dengan acara makkottau’ (pencak silat) yang dibalut dengan aksi-aksi humor. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia