Sekda Majene, Ardiansyah.
Majene, mandarnews.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene melaksanakan coffee morning sebagai kegiatan rutin usai pelaksanaan upacara bendera, Senin (3/10), di pendopo rumah jabatan (Rujab) Bupati.
Kegiatan tersebut dipimpin langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Majene Ardiansyah didampingi Asisten I dan II Sekretariat Daerah (Setda) Majene.
Dalam kesempatan tersebut, Ardiansyah membahas persoalan rumah kos-kosan yang menjamur di Majene.
“Meski hal tersebut merupakan konsekuensi dari status Majene sebagai pusat pendidikan, namun perlu aturan jelas terkait penanganan kos-kosan, jangan sampai mengganggu kelokalan, budaya, dan religiusitas di Bumi Assamalewuang,” ujar Ardiansyah.
Apalagi, jumlah mahasiswa yang masuk di Majene selalu bertambah yang datang dari berbagai daerah di luar Sulbar, yang tentu berdampak pada akulturasi budaya dan lainnya.
Mengantisipasi berbagai hal negatif yang bisa terjadi, Ardiansyah menginstruksikan kepada Dinas Perumahan, Pemukiman, dan Pertamanan (Perkimtan) dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) agar menyusun surat Bupati yang ditujukan kepada camat, lurah, dan kepala lingkungan untuk dilanjutkan kepada para pemilik kos-kosan agar melakukan upaya-upaya pendisiplinan kepada para penghuninya.
“Seperti tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum, ketertiban, norma agama, dan budaya di lingkungannya masing-masing, termasuk berkolaborasi dengan Satpol PP untuk melakukan pantauan secara rutin di berbagai rumah kos di Majene,” ungkap Ardiansyah.
Hal tersebut, kata mantan Sekda Mamasa ini, juga merupakan masukan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kepada Pemkab Majene, terlebih Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur hal tersebut tengah digodok di DPRD.
”Saya minta Kesbang dan Dinas Perkimtan segera merumuskan surat Bupati, secepatnya harus rampung sebelum pelaksanaan coffee morning minggu depan,” sebut Ardiansyah.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadis) Kesehatan dr. Rahmat Malik juga mendukung upaya tersebut.
“Apalagi, perkembangan Majene sebagai pusat pendidikan di Sulbar sangat signifikan. Beberapa spot wisata baru, seperti di wilayah Parang-parang setiap malam Minggu sering digunakan untuk berkemah oleh para kawula muda,” ucap dr. Rahmat.
Namun ironisnya, setelah itu banyak ditemukan alat kontrasepsi dan bungkusan obat batuk saset merk Komix.
“Jangan sampai kegiatan refreshing ini lebih banyak dampak buruknya, saya kira ini perlu ditindaklanjuti,“ sambung dr. Rahmat.
Kadis Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Majene Andri Nugraha membenarkan hal tersebut.
“Seperti halnya di sekitaran Lingkungan Cilallang, ada spot wisata yang juga sering ditempati para anak muda dan di lokasi tersebut juga banyak berserakan bungkusan obat batuk saset,” tutup Andri. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia