Menkes, Nila F. Moeloek. Sumber foto: kemkes.go.id
Jakarta, mandarnews.com – Intervensi gizi dengan Formula Ready to Use Therapeutic Foof (RUTF) dapat menurunkan kejadian balita kurus secara bermakna sebesar 36% dan sangat kurus sebesar 58%.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Profesor Riset Bidang Makanan dan Gizi, Dr. Astuti Lamid, MCN tentang Pengembangan Formula Ready To Use Therapeutic Food (RUTF) untuk Penanganan Balita Wasting di Puskesmas.
RUTF merupakan makanan pemulihan untuk balita sangat kurus (wasting) berupa makanan padat yang berbentuk pasta diperkaya dengan zat gizi berupa vitamin dan mineral.
RUTF digunakan dalam program perawatan, baik rawat inap atau rawat jalan, dan untuk balita yang datang ke pusat pelayanan kesehatan.
Dr. Astuti mengatakan, RUTF telah digunakan di Malawi, Afrika, India, dan negara lainnya untuk menanggulangi balita sangat kurus.
”Keunggulan lain RUTF dibandingkan Formula-100 adalah, mengurangi efek pelarutan dengan air sehingga mengurangi risiko tercemar mikroorganisme, zat gizi lengkap karena diperkaya dengan vitamin dan mineral, merupakan makanan instan yang tidak memerlukan preparasi, tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, dan dapat disimpan lama, dan densitas energi lebih tinggi dari pada Formula-100,” papar Dr. Astuti saat orasi ilmiah hasil penelitiannya, Kamis (13/6/2019) di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta.
Uji efikasi RUTF dilakukan untuk menilai efektivitas pemberian RUTF lokal dalam meningkatkan asupan gizi, status gizi, dan kesehatan balita sangat kurus.
“Satu paket RUTF lokal per 100 gram diujikan kepada balita sangat kurus di Kabupaten Bogor dan Subang. Setelah 3 bulan terjadi kenaikan status gizi yang signifikan,” imbuh Dr. Astuti.
Menurutnya, efektivitas RUTF lebih baik dibandingkan Formula-100 dalam meningkatkan asupan zat gizi balita sangat kurus.
“Pengujian dilakukan dengan pemberian RUTF dan Formula-100, hampir semua asupan zat gizi (Energi, Protein, Vitamin A, Besi dan Zinc) dari RUTF dan Formula-100 pada awalnya kurang dari 70% AKG, namun pada akhir penelitian asupan zat gizi meningkat melebihi 100% AKG untuk zat gizi dari RUTF,” ujar Dr. Astuti.
Ia menjelaskan, dilihat dari rerata asupan vitamin A dan besi, kelompok RUTF lebih tinggi asupannya secara signifikan dibandingkan dengan kelompok Formula-100.
“Dari aspek penyakit yang dialami balita sangat kurus, penyakit yang dominan diderita adalah ISPA. Penurunan kasus ISPA terbanyak pada kelompok RUTF,” kata Dr. Astuti.
Ia menjabarkan, kepatuhan mengonsumsi formula makanan baik Formula-100 dan RUTF lokal hampir sama, yaitu sekitar 50%- 60%.
“Keunggulan RUTF lokal yang lain adalah cara pemberiannya praktis tidak perlu diseduh dengan air panas,” sebut Dr. Astuti
Ia menerangkan, RUTF yang menggunakan bahan makanan lokal terbukti dapat diterima masyarakat, khususnya keluarga yang mempunyai balita kurus dan sangat kurus.
“Bahan baku untuk RUTF lokal dipilih dari beberapa kacang-kacangan, yakni kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, kacang kedele dan hasil fermentasi kacang kedele yaitu tempe,” ucap Dr. Astuti.
Ia berpendapat, kacang-kacangan merupakan sumber protein yang murah, mudah didapat di daerah dan tepat digunakan sebagai makanan tambahan untuk mengatasi kurang gizi yang terjadi pada balita.
Pembuatan RUTF lokal merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari menyusun komposisi bahan produk dengan formulasi, mencampur bahan baku sampai pengepakan.
Semua bahan pembuatan RUTF lokal tersedia di daerah, kecuali vitamin dan mineral yang merupakan fortifikan yang dibeli dari luar negeri.
Pembuatan RUTF dimulai dengan penepungan kacang-kacangan dan tempe, kemudian disangrai dalam microwave. Bahan dicampur dengan gula pasir, susu skim, vitamin dan mineral.
Adonan kemudian dihaluskan dengan alat mixer dan ditambahkan minyak sayur yang telah dihangatkan sampai menjadi adonan yang kalis, lalu dikemas dalam plastik.
RUTF lokal ini telah didaftarkan dengan pendaftaran paten Nomor P00201201133: Makanan Terapi Siap Santap (KcHijauNut dan Tempe-Nut) untuk penderita gizi buruk dan proses pembuatannya dengan tanggal pendaftaran 6-12-2012.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila F. Moeloek menuturkan, Prof. Astuti menyampaikan orasinya tentang Pengembangan Formula RUTF untuk Penanganan Balita Wasting di Puskesmas.
”Saya berharap temuan ini dapat dikembangkan dan diadopsi dalam program intervensi gizi balita wasting yang terintegrasi dengan PIS-PK,” tukas Menkes.
Ia juga mengaku berbahagia dengan pengembangan RUTF berbahan lokal yang telah diteliti secara komprehensif, mulai dari formula, pengemasan, uji coba, dan model pemanfaatannya di puskesmas. (rilis Kemenkes)
Editor: Ilma Amelia