Relawan Siaga 86 mengumpul sampah lalu dijual, hasilnya untuk operasional dan untuk kepentingan sosial, seperti membayarkan iuran BPJS Mandiri bagi Gakin.
Majene, mandarnews.com – Soal sampah selalu tidak terlepas dari masalah di akhir dari suatu peringatan yang dilaksanakan di ruang terbuka. Usai acara digelar, sampah pun berserakan. Nyaris semua meninggalkan lokasi. Yang nampak hanya pemulung dan relawan.
Sebentar lagi hari jadi Majene kembali diperingati. Jika peringatan ini digelar di ruang terbuka maka timbul kekuatiran sampah di lokasi itu pun akan berserakan. Salah satu kekuatiran datangnya dari Relawan Siaga 86. Untuk itu, relawan ini meminta upaya kerjasama dengan Pemerintah Daerah demi untuk kebersihan bersama. Demi mewujudkan Majene Mapaccing.
Upaya itu disampaikan langsung oleh Aslan ketua Tim Relawan Siaga 86 yang sekaligus Kepala Lingkungan Lipu, saat ditemui di kediamannya Jumat (26/07/2019) di Lipu.
Kata Aslan, Tim Relawan Siaga 86 adalah suatu komunitas yang dibentuk untuk ikut berperan, yang meliputi hampir segala bidang, contohnya mulai dari bidang kesehatan, kebersihan dan kegiatan – kegiatan sosial lainnya. Namun lebih condong ke kebersihan, karena semua pembiayaan dari kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan itu adalah hasil sampah yang dipungut, dan semua pendanaan kegiatan kegiatan yang mereka lakukan, tak sedikit pun tidak ada sumbangsih dari pemerintah.
Setelah ia memaparkan sedikit mengenai aktivitasrelawannya, ia juga memaparkan sejumlah masalah – masalah yang ada di Kabupaten Majene, salah satunya adalah masalah sampah dan pengelolaannya yang ada di Kota Majene ‘Mapaccing’ ini. Ia menganggap bahwa pengelolaan sampah yang di Kota Majene ‘Mapaccing’ ini masih sangat kurang atau belum maksimal.
“Sebenarnya, kalau melihat dari kondisi TPA sekarang itu harus memang dilakukan antisipasi sebelum TPA itu betul – betul full. Jangan sampai seperti di Parang – Parang tidak ada pengelolaan yang baik,” kata Aslan.