Pustu darurat Desa Botteng Utara di Dusun Popangan. (Foto: Sugiarto)
Mamuju, mandarnews.com – Sebulan sudah pengungsi bertahan di tenda sejak gempa berkekuatan 6,2 magnitudo pada 15 Januari lalu mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar) dengan 105 korban jiwa di Mamuju dan Majene.
Belum hilang trauma dan duka yang masih lekat pada ingatan korban gempa, masalah lain muncul.
Buruknya tata kelola posko-posko pengungsian menyebabkan masyarakat mulai terserang diare.
Ancaman diare diperparah dengan buruknya sanitasi dan menumpuknya sampah di pengungsian. Jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah dapat menjadi sumber berbagai bakteri yang dapat mengundang penyakit lainnya seperti demam tifoid, kolera, tetanus, dan shigellosis.
Hal tersebut terlihat di posko pengungsian Desa Botteng. Menurut sejumlah warga, sejak posko didirikan pada beberapa pekan lalu, sampah yang menumpuk belum pernah diangkut, meski mobil sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju lalu-lalang di wilayah itu.
“Belum pernah diangkut dan baunya sangat menyengat, kalau hujan banyak lalat yang terbang,” kata Syarifuddin (34), Minggu (14/2).
Baca Juga: Trauma Gempa, 5 KK di Desa Ahu Pilih Tinggal di Kandang Sapi
Sementara di Dusun Popanga Desa Botteng Utara, tenaga medis melaporkan jika saat ini kasus diare mengalami lonjakan tajam sejak minggu lalu.
Menurut bidan desa Nurhaeda, hal itu diakibatkan karena kurang sehatnya sanitasi serta makanan yang dikonsumsi tak menentu.
“Kalau saat ini mulai meningkat penyakit diare pada masyarakat, itu dari jumlah yang saat ini kami tangani,” tutur Nurhaeda.
Beruntung, relawan mendirikan tenda sementara sebagai penampungan Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) Desa Botteng Utara yang rusak akibat gempa.
Lima orang tenaga medis yang merupakan orang asli Botteng pun berjibaku setiap hari melayani lebih dari 250 kepala keluarga di 11 dusun di Botteng Utara yang terdampak gempa.
“Gedung Pustu rusak, jadi kita di tenda. Kalau pelayanan kita maksimalkan saja, kalau berat dirujuk ke rumah sakit. Saat ini bantuan obat-obatan sangat kami kelola karena kekurangan. Selain itu, air bersih juga sulit kami dapatkan,” ungkap bidan yang masih honorer itu.
Peningkatan penyakit diare yang diderita para pengungsi juga dilapokan terjadi di desa lain. Kasus terbaru dilaporkan juga sudah mulai ditemukan di Desa Botteng, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia