Dua peserta lomba melewati sebuah penanda
Majene, mandarnews.com – Masih ingat final lomba segitiga perahu sandeq yang digelar di Majene dalam rangka memeringati Hari Ulang Tahun RI ke 79 dan Hari Jadi Majene ke 479 ? Sebuah event tahunan yang dinamai Festival Teluk Mandar. Yah, saat lomba berlangsung, salah satu finalis tiba-tiba tak mampu melanjutkan perlombaan. Itulah perahu sandeq Sinar Banggae.
Mendengar namanya, kita akan menduga bahwa perahu tradisional Mandar itu berasal dari Kabupaten Majene. Karena di Majene ada tempat bernama Banggae. Bahkan ada Kecamatan Banggae dan Banggae Timur. Jika anda juga menduga seperti itu. Ternyata kamu salah.
Perahu sandeq Sinar Benggae itu berasal dari Kabupaten Polewali Mandar. Perahu yang selalu masuk final itu berasal dari Desa Tangnga-Tangnga Kec.Tinambung Kab.Polewali Mandar (Polman) Prov. Sulawesi Barat (Sulbar).
Pemilik dan nahkodanya juga orang Tinambung Polman. Bahkan pemiliknya adalah Kepala Desa Tangnga-Tangnga, Muh. Arsyad AR.
Arsyad menamai perahu sandeqnya Sinar Banggae karena mantan pacarnya. Yah, istrinya itu berasal dari Banggae Kabupaten Majene.
Sinar Banggae yang dikemudikan oleh Ba’du dan beberapa awak lainnya rajin mengukui event. Dan selalu masuk final tapi belum pernah juara. Termasuk di event sandeq race yang mengalami insiden terbalik itu.
Arsyad menjelaskan bahwa gelombang laut saat itu termasuk besar yang menghantam perahu. Sehingga bagian perahu sebelah kanan patah, bagian depan dan belakang perahu ikut rusak. Akhirnya tak mampu lagi melanjutkan perlombaan.
“Saat babak penyisihan juga sayapnya patah namun tetap bisa dilanjutkan sehingga menempati urutan ke empat dan itulah yang menghantarkan kami masuk final,” kenang Arsyad, saat ditemui di kediamannya di Tangga-Tangnga, Senin (27/8).
Walau tak juara, Arsyad mengaku tak patah semangat, nakhoda dan para awak Sinar Banggae juga senantiasa bangkit untuk menyemarakkan setiap perlombaan.
“Sandeq merupakan aset budaya kita hingga harus dilestarikan, salah satu caranya yakni menyelenggarakan event dan pemilik perahu sandeq berpartisipasi. Saya berterima kasih kepada Majene yang selalu menggelar lomba Sandeq,” ujarnya.
Sedangkan Sang Nahkoda, Ba’du alias Papa Ani adalah warga Dusun Lambe Desa Karama Kec. Tinambung Kab.Polman Prov. Sul-Bar. Ia mengaku perahunya dua kali mengalami patah sayap. Yakni pada star ret kedua pada babak penyisihan full B.
Lomba ini dibagi kedalam dua full yakni Full A dan Full B. Setiap full berisi 12 perahu. Juara full dari 1 sampai dengan 6 yang masuk babak final.
“Kami di urutan 4 full B melaju kebabak final. Namun gagal. Kali ini kerusakan lebih berat dari sebelumnya sehingga tak dapat melanjutkan lomba,” ungkap Ba’du.
Sandeq race di Majene ini diikuti 24 perahu sandeq. Yaitu Cahaya Zikir, Amanah Padi,
Ratu Cinta, Teluk Mandar, Perahu Sandeq Nur Amanah, Amanah Padi II, Cendrawasih, Rua Piolo, Garuda Wisnu Kencana, Sinar Banggae, Bintang Timur, dan Itandipanna.
Lomba segitiga perahu sandeq ini berakhir pada Selasa, 13/8/2024. Perahu Sandeq Cahaya Zikir dari Kabupaten Polman berhasil keluar sebagai juara pertama. Mereka berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp.10.000.000 dan sebuah trophy. Di posisi kedua, Perahu Sandeq Cendrawasih dari Kabupaten Majene, dan di posisi ketiga, Perahu Sandeq Rua Piolo juga dari Kabupaten Majene yang juga masing-masing mendapatkan hadiah trophy dan uang tunai.(Jufri)