Pihak keluarga memperlihatkan kemasan obat batuk sirup yang kedaluwarsa.
Majene, mandarnews.com – Seorang anak di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) berinisial NS (5) diberi obat batuk sirup yang telah kedaluwarsa oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene.
Pihak keluarga NS menerima obat batuk yang telah kedaluwarsa tersebut pada Sabtu (28/1) saat mendatangi RSUD Majene dengan keluhan batuk dan sakit bagian perut.
Menurut Subhan selaku bapak korban, anaknya telah telanjur meminum obat tersebut sebanyak 3-4 kali dan telah habis setengah botol.
Ia pun sangat menyayangkan adanya insiden ini, dimana pihak rumah sakit tidak teliti dalam memberikan obat.
“Kami baru mengetahui kalau itu kedaluwarsa kemarin karena selama ini kami sibuk di Rumah Sakit Bhayangkara untuk pengobatan perut anak. Pas kemarin kami cek sudah kedaluwarsa,” kata Subhan saat dikonfirmasi via telpon, Senin (6/2).
Ia pun memperlihatkan kemasan obat tersebut yang tertulis MD/ED : November 2019/November 2022. MD (manufacturing date) adalah tanggal saat obat dibuat dan ED (expiration date) adalah tanggal obat kedaluwarsa.
Beruntung hingga saat ini belum ada efek setelah mengonsumsi obat batuk sirup yang telah kedaluwarsa tersebut. Namun, pihak keluarga tetap menyayangkan insiden ini.
Sementara itu, Direktur RSUD Majene dr. Nurlinah mengaku belum mengetahui insiden tersebut dan baru mengetahui setelah dikonfirmasi media.
Menurut dr. Nurlinah, sebenarnya dalam penanganan obat itu ada standar operasional prosedur (SOP), yaitu ada pemisahan obat yang kedaluwarsa, kemudian dikumpulkan dan penghancurannya pun ada prosedurnya.
“Sehingga, jika benar terjadi hal seperti ini maka itu adalah kelalaian petugas kami. Apalagi, ini adalah obat yang cukup sering digunakan, beda halnya dengan obat seperti karena digigit ular, itu biasanya yang cukup rentan kadaluarsa,” kata dr. Nurlinah ketika dikonfirmasi, Senin (6/2), di ruang kerjanya.
Ia pun mengaku akan segera mencari tahu dan memanggil petugas yang bersangkutan serta menanyakan seperti apa SOP mereka dalam bekerja.
“Terkait korban, kami akan langsung melakukan observasi menindaklanjuti kepada pasien yang telah menerima obat tersebut. Observasi termasuk dampak setelah mengonsumsi itu dan melakukan analisis. Jadi, sudah ada tekniknya untuk kejadian yang tidak diinginkan seperti ini,” kata dr. Nurlinah.
Ia pun meminta maaf terkait kejadian ini serta berharap agar tidak ada efek yang ditimbulkan setelah mengonsumsi obat tersebut. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia