Siti Maryam dan tempat tinggal keluarga sekaligus tempat jualannya.
Majene, mandarnews.com – Seorang murid dari SD Negeri 11 Baurung akan tampil di ajang lomba. Lomba tersebut adalah Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Makassar. Ia akan mewakili Kabupaten Majene setelah berhasil juara dalam lomba mendongeng bahasa Mandar di Aula kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majene.
“InsyaAllah pada tanggal 3 sampai 5 Nopember, Sitti Maryam akan mewakili Kabupaten Majene. Dia akan mengikuti lomba mendongeng bahasa Mandar di Makassar dalam Festival Tunas Bahasa Ibu,” ungkap Hj. Salima, SPd.SD., M.Pd, Kasek SDN.No.11 Baurung kepada Mandar News, Rabu (30/10/2024).
Hj. Salima menilai, anak muridnya itu termasuk anak yang cerdas, semangat belajarnya tinggi. Ia juga mudah memahami pelajaran. Setiap mengikuti lomba yang diadakan di sekolah saat porseni, Sitti Maryam selalu juara.
Ia juga pernah mengikuti lomba bercerita yang diadakan di Museum Mandar. Saat itu, Sitti Maryam baru duduk di kelas 4. Ia juga pernah mewakili SD Negeri 11 Baurung pada lomba cerdas cermat, namun belum meraih juara.
Selain mendongeng, Sitti Maryam juga pernah mengikuti lomba paduan suara. Saat itu, kata Hj. Salima, Sitti Maryam sempat menarik perhatian orang banyak. Ia bahkan ditahan beberapa saat diatas panggung setelah tampil. Ia diwawancarai oleh MC karena semangatnya yang dinilai lebih dari teman-temannya.
Selaku kepala SD Negeri 11 Baurung, saya mengaku merasa senang memiliki peserta didik seperti Sitti Maryam. Dia selalu semangat, siap, dan mau mengikuti setiap ada lomba. Kepala sekolah ini sering memberikan motivasi kepada para pendidik. Tujuannya agar mereka tetap semangat dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
“Karena saya yakin masih banyak peserta didik yang memiliki potensi, minat serta bakat yang perlu dikembangkan,” sebutnya dengan optimisme.
Sitti Maryam, Anak Keluarga Kurang Mampu
Jika dilihat sekilah, Sitti Maryam tidak nampak sebagai anak dalam kondisi keluarga yang kurang mampu. Ia tidak tampak murung tapi ceria. Apalagi soal kecerdasannya.
Namun ternyata, orang tua yang melahirkan Sitti Maryam adalah keluarga kurang mampu. Ia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Kedua orang tuanya bernama Alim (Bapak) dan Arpa (Ibu).
Mereka sebenarnya adalah warga Pusu, Desa Pao-Pao, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Pasangan suami istri (Pasutri), Alim – Arpa ini tidak memiliki pekerjaan tetap. Keluarga ini kesulitan ekonomu dalam menutupi biaya hidup sehari-hari. Apalagi biaya untuk sekolah anak-anaknya.
Karena kondisi itu, Pasutri Alim – Arpa meninggalkan kampung halamannya untuk mencoba peruntungan di Majene. Mereka memboyong anak-anaknya sekalian.
Tiba di Majene, mereka bertemu dengan kenalan lamanya. Mereka dipinjami los penjualan bensin. Los berukuran sekitar 2 meter x 3 meter sekaligus ditinggali mereka.
Sitti Maryam dan kakaknya, Muhammad Alwi terpaksa harus dipindahkan dari SDN No.020 Pusu Ke SD Negeri 11 Baurung.
Setelah kurang lebih 3 Tahun di Majene dengan rutinitas menjual bensin eceran di pinggir jalan, Alhamdulillah sekarang telah memiliki tempat penjualan bensin sendiri. Juga ada tempat istirahat seadanya. Hanya saja tanah tempat mendirikan penjualannya masih status pinjam.
Alim dan istrinya Arpa tinggal dan bermalam di lods penjualannya. Sementara anak-anaknya, pulang ke rumah sepupu neneknya di Lingkungan Pangale menjelang malam setelah selesai membantu orang tuanya menjual bensin. (Jufri)