Kepsek SMAKN 1 Tinambung Ridwan, S,Pd., M.Si. (Berdiri di tengah dengan baju warna cream lengan panjang terlipat) berfoto di depan gedung sekolah bersama seorang guru dan siswanya.
Majene, mandarnews.com – Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 (SMKN 1) Tinambung yang dinakhodai Ridwan S,Pd. M,Si menerapkan “Tiket Pulang Sekolah”. Inovasi ini bisa menangani masalah sampah di sekoah ini bahkan bernilai ekonomi.
Sekolah tersebut dihuni kurang lebih 800 orang peserta didik dan mempunyai tujuh jurusan. Sekolah ini berada di jalan Pendidikan No.171 Batulaya Kec.Tinambung Kab.polewali Mandar (Polman) Prov.Sulawesi Barat (Sulbar).
Tiket Pulang Sekolah lahir berawal dari inisiasi para guru melakukan kegiatan untuk berupaya agar anak didik sadar dengan kebersihan di lingkungan sekolah.
“Salah satunya adalah menyiapkan karung di pintu gerbang sekolah kemudian siswa-siswi dianjurkan untuk memungut sampah saat mereka akan pulang,” tutur Ridwan ketika disambangi di ruang kerjanya, Kamis (5/9/24).
Cara ini diharapka bisa membiasakan peserta didik untuk senantiasa hidup bersih, baik di lingkungan sekolah atau di manapun mereka berada.
Menurut Ridwan, sampah akan menjadi masalah jika tak ditangani dengan serius. Olehnya itu, sampah dipilah dan dikumpul dalam dua karung yang berbeda. Ada karung untuk sampah plastik, misalnya kemasan air aqua gelas atau botol dan ada karung sampah kertas, kardus dan semacamnya.
Karung-karung ini disimpan di pintu gerbang untuk mempermudah peserta didik saat pulang sekolah sambil memungut sampah dan disimpan sesuai tempatnya masing-masing.
Mengenai persampahan ini ada petugas yang ditunjuk yang sekaligus pengurus Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Soal P5, sekolah ini juga telah melaksanakan berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan penguatan yang pernah dijalankan yakni mencetak batako dari bahan baku plastik. Sayangnya, produksi batako dari sampah plastik masih kekurangan bahan baku.
Nur Afni, S.Si., M.Pd. selaku guru matematika sekaligus sebagai kepala unit produksi menjelaskan bahwa selain membuat batako, sampah plastik yang terkumpul lalu diolah oleh peserta didik untuk dijadikan kerajinan tangan .
“Kerajian hasil produksi sampah plastik di antaranya bosara, keranjang tempat air mineral gelas,” kata Nur Afni sambil menunjuk beberapa hasil karya dan inovasi peserta didik SMKN 1 Tinambung yang terpajang di ruang guru sekolah itu.
Teaching factory merupakan modul pembelajaran di SMKN I Tinambung berbasis produksi ini diterapkan untuk menambah inovasi peserta didik dalam berkarya dan hasilnya kemudian dititip di unit produksi sekolah atau kewirausahaan untuk di jual dan hasil penjualannya juga kembali ke peserta didik.
Menurut Nur Afni, agar kewirausahaan bisa maju dan berkembang maka mulailah menanamkan jiwa wirausaha kepada peserta didik.
“Dan ketika orang sudah memiliki jiwa wirausaha maka yang pertama dimiliki adalah bukan nilai nominal uang tetapi tanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, percaya diri dan tanpa menyerah,” kunci Nur Afni. (Jufri)