Kepala Sekolah SMAN 1 Sumarorong, Arizenjaya
Mamasa, mandarnews.com- Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sumarorong, Arizenjaya berharap penggunaan bantuan operasi sekolah (BOS) dan sejumlah bentuk bantuan pemerintah lainnya ke setiap satuan pendidikan harusnya siswa menjadi sentral kepentingan.
“Ketika siswa menjadi pusat kepentingan dari segala bentuk kepentingan bahkan kepala sekolah itu sendiri tentunya arah pendidikan pada setiap sekolah akan berkonsentrasi pada mutu atau pendidikan sekolah itu sendiri yang diikuti sejumlah siswa,” kata Arizenjaya, saat konfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (4/1/2020).
Ia menerangkan, pihaknya pernah menerima bantuan pembangunan Laboratorium Komputer ukuran  9×8 meter namun karena swakelola dan pertimbangan efesiensi lahan  dan ruangan maka kami tambah 9×15 meter dengan pertimbangan ruangan lebih besar tentu siswa leluasa belajar.
Pihaknya juga mengapresiasi permohonan sekolah terhadap pemerintah dengan diresponnya, bantuan pembangunan Laboratorium Fisika berstandar nasional 1 lantai dengan anggaran sekitar Rp 300 juta dan alat sekitar Rp 200 juta.
Sangat diharapkan ke depannya laboratorium tersebut menjadi pusat belajar siswa dalam praktek fisika dan mampu mengembangkan hasil belajar sebagaimana visi dan misi sekolah.
SMAN 1 Sumarorong memililiki Visi : sekolah ini harus menjadi Taman Semai Golden Generation.
Murid adalah bibit yang disemaikan dengan baik, mulai tempat hingga pemeliharaan tanaman barulah dipindahkan tempat menanam pada perguruan tinggi yang berkualitas.
Misi: sekolah jadi rumah kedua, hidup dalam keberagaman.
Kepsek berharap, pembangunan Laboratorium Fisika nantinya menjadi satu-satunya laboratorium di Indonesia yang berkualitas mulai dari sisi instalasi listrik yang berada di bawah lantai, metode pembelajaran lebih enjoy namun berkualitas sehingga siswa dididik mampu membuat laporan Fisika dalam bentuk Novel.
“Kami bersyukur beberapa siswa yang sudah selesai sudah jadi asisten Dosen Fisika di beberapa universitas ternama baik itu di UNM dan UNHAS,” ujarnya.
Prinsipnya, kata Ariz, anak-anak dididik dengan realita kehidupan, sebaiknya metode pembelajaran menyentuh kenyataan kehidupan, tidak mesti secara teoritis sebab sekolah harus melahirkan generasi produktif bukan generasi konsumtif. (Hapri Nelpan)