Mobil truk mengantri menunggu kedatangan bio solar, Senin (18/10) di SPBU Rangas, Majene.
Majene, mandarnews.com – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dalam beberapa minggu terakhir terjadi di Kabupaten Majene.
BBM bersubsidi yang sulit ditemui di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Majene adalah bio solar dan premium.
Akibatnya, belasan mobil truk dan pengguna solar lainnya harus rela antri berjam-jam untuk mendapatkan bio solar.
Hamka, salah satu sopir kampas rute Mamuju-Makassar mengaku telah mengantri dan menunggu kedatangan bio solar sekitar 4 jam lebih.
“Kami menunggu sekitar 18:30 Wita hingga saat ini pukul 22:30 kami masih menunggu kedatangan bio solar,” jelas Hamka, Senin (18/10) saat ditemui di SPBU Rangas.
Hamka menjelaskan, kelangkaan bio solar dirasakan sudah sekitar 2 minggu, tidak hanya di wilayah Majene atau Sulawesi Barat tapi juga beberapa daerah di wilayah Sulawesi Selatan.
“Tentu ini sangat memengaruhi pekerjaan kami, apalagi pekerjaan yang mempunyai target waktu, otomatis mau tidak mau waktu kami habis di jalan seperti ini,” ujar Hamka.
Ia pun berharap adanya solusi terkait permasalahan yang terjadi saat ini dan pihak Pertamina bisa menambah jatah bio solar.
Taufik Kurniawan selaku Hubungan Masyarakat (Humas) Pertamina Makassar yang dikonfirmasi media menjelaskan, kuota BBM, terutama bio solar yang mengatur adalah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
“Kondisinya sekarang pengaturan itu dilakukan tiap triwulan (TW) dan ada kuota per SPBU. Kita tidak mungkin menyalurkan melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah, dalam hal ini BPH Migas setelah kemarin TW 1, TW 2, dan TW 3 kuotanya relatif banyak,” ungkap Taufik.
Tetapi, lanjutnya, di TW 4 yang menjadi akhir tahun dimana banyak proyek pemerintah atau infrastruktur logistik akibat level Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah turun mengakibatkan tingginya permintaan, apalagi kuotanya relatif turun dibanding TW sebelumnya.
“Hal ini menuntut kita untuk bisa mengatur distribusi BBM agar tetap terpenuhi koutanya. Pemda juga seharusnya pintar mengontrol dan menertibkan di SPBU agar tidak dimanfaatkan para pelangsir,” tutup Taufik. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia