Sejumlah kapal nelayan terparkir di dermaga Majene, Sulbar, sore hari yang biasanya sudah mulai berangkat melaut.
Majene, mandarnews.com – Sulitnya memperoleh Bio Solar hampir dirasakan di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti hal di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
Langkanya ketersediaan solar saat ini tidak hanya menghambat pekerjaan para sopir-sopir truk. Melainkan kondisi ini juga berimbas bagi sebagian besar nelayan, khususnya yang ada di Majene mengingat bahan bakar utama untuk menyalakan mesin kapal adalah Bio Solar.
Para nelayan saat ini pun khawatir, mereka tidak bisa melaut jika solar nantinya betul-betul akan sulit diperoleh.
Salah satu nelayan yang mulai merasakan kekhawatiran akan kelangkaan solar adalah Rahmadi. Rahmadi atau yang akrab disapa Madi ini mengaku khawatir tidak akan bisa melaut lagi ketika solar betul-betul sangat langka.
Ia sendiri mengaku, sudah hampir seminggu lebih merasakan kesulitan memperoleh solar, khususnya di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Berbeda dari sebelumnya, agar tetap bisa beraktivitas dan bekerja. Madi sendiri harus memilih membeli solar di tempat pengecer yang harganya jauh cukup mahal.
“Memang sejak sepekan terakhir, sudah sulit memperoleh solar. Apalagi kalau di SPBU itu sangat sulit. Sehingga kami harus membeli di pengecer dengan harga Rp. 7.000 per liter. Dan itu cukup mahal,” kata Madi, Senin (14/3/2022) dikonfirmasi.
Madi pun saat ini bingung, karena pihak SPBU juga membatasi pembelian bagi para nelayan.
“Padahal di KTP kami sudah tertulis nelayan, tapi masih saja dipersulit dengan alasan administrasi. Sementara secara terang-terangan para pengisi jeriken berlalu lalang. Belum lagi pembatasan pembelian, kalau gak salah cuma bisa 20 liter sekali pembelian, padahal kebutuhan kami sekali aktivitas (sehari semalam) itu 25 hingga 30 liter per hari.
Nelayan asal Lingkungan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Majene ini pun mengaku bingung bersama teman seprofesinya, melihat kondisi kelangkaan solar seperti yang terjadi saat ini. Sehingga ia berharap, pemerintah turun tangan memberikan solusi agar ketersediaan solar dapat normal kembali.
“Kasian kami pak kalau sudah solar yang tidak ada, karena nelayan adalah mata pencaharian kami, jadi bingung untuk kehidupan sehari-hari nantinya,” tandasnya.
Madi pun sendiri saat ini tidak tahu harus berbuat apa, sementara jika harus terus-terusan membeli solar ke pengecer lama-lama modal pengeluaran makin banyak sementara pemasukan tidak ada.
(Mutawakkir Saputra)