Staf Ahli Hukum Pemkab Polman H. Sarja membawakan materi di sosialisasi untuk pemilih pemula
Polewali, mandarnews.com – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Polewali Mandar menyasar pemilih pemula lewat Sosialisasi Undang-Undang Politik, Kamis (14/3/2019).
Sosialisasi yang dihelat dalam rangka meningkatkan partisipasi pemilih pemula menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 ini ditempatkan di Aula Hotel Bumi Raya Kelurahan Pekkabata Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
Di hadapan puluhan siswa yang berasal dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) di Polewali Mandar, Kepala Kesbangpol Polewali Mandar H. Bahtiar Musdalifah, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Polewali Mandar Ahmad Syaifuddin, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Polewali Mandar Rudianto, dan Staf Ahli Hukum Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar Dr. H. Sarja, SH.,MH bergantian membawakan materi.
Lewat kesempatan tersebut, Kepala Kesbangpol Polewali Mandar H. Bahtiar Musdalifah menghimbau pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya pada tanggal 17 April mendatang.
“Di Pemilu nanti, ayo adik-adik pemilih pemula gunakan hak pilihnya. Jangan golput,” pesan H. Bahtiar Musdalifah.
Staf Ahli Hukum Pemkab Polewali Mandar DR. H. Sarja menyampaikan materi Pendidikan Politik Pemilih Pemula dalam kegiatan tersebut. Ia menjelaskan tentang Pemilu yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1955 sampai dengan Pemilu serentak April nanti.
“Pemilih pemula mempunyai posisi strategis dalam Pemilu karena jumlahnya cukup banyak dari total pemilih dalam DPT. Kecenderungannya untuk mencoba hal-hal baru, relatif tidak atau belum terkontaminasi dengan kata lain steril dari cara-cara lama dan praktik yang merusak nilai-nilai demokrasi, kesadaran politiknya masih tinggi, semangat melakukan pembaharuan, dan memiliki militansi yang tinggi,” kata H. Sarja.
Selain itu, dijabarkan juga pengertian Pemilu, pemilih, dan pemilih pemula serta menerangkan syarat-syarat warga negara bisa menjadi pemilih.
“Peserta Pemilu 2019 adalah pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik, dan perseorangan dalam hal ini calon anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah),” sebut H. Sarja.
Sedangkan Ketua KPU Polewali Mandar Rudianto menyampaikan tentang Teknis Pelaksanaan Pemilu. Salah satu bahasannya adalah mengenai asas Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luberjurdil).
“Asas penyelenggaraan Pemilu dalam hal ini KPU adalah mandiri, jujur, adil, berkeputusan hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, dan efisien,” tukas Rudianto.
Adapun tujuan sosialisasi dan pendidikan pemilih adalah untuk meningkatkan kualitas Pemilu dan partisipasi pemilih, meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi, dan membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda Pemilu dan demokratisasi.
“Untuk nasional, partisipasi pemilih ditarget 77,5%, sedangkan untuk Polman targetnya adalah 77,7% dan kita optimis meraih target ini,” tutur Rudianto.
Ia menambahkan, jumlah pemilih pemula secara nasional adalah 5.035.887 orang. Di Polewali Mandar sendiri, jumlah pemilih pemula mencapai 35.334 orang atau 11,6% dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) Polewali Mandar adalah pemilih pemula.
“Pemilih pemula rawan dipolitisasi dan dijadikan komoditas politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kontestan pemilu, rawan diajak ikut kampanye praktis tanpa pertimbangan tentang apa yang dikampanyekan,” beber Rudianto.
Di samping itu, lanjutnya, pemilih pemula mempunyai keingintahuan yang tinggi, masih labil, jadi sasaran politik uang, hoaks, kekerasan, politisasi Suku, Ras, dan Agama (SARA), dan belum berpengalaman ikut Pemilu. Hal-hal inilah yang mendasari pentingnya dilakukan sosialisasi terhadap pemilih pemula.
Ketua Bawaslu Polewali Mandar Ahmad Syaifuddin kepada peserta sosialisasi menerangkan tentang tugas Bawaslu yang meliputi pencegahan, pengawasan, dan penindakan.
“Masalah seputar Pemilu ini mencakup politik uang, kekerasan, kecurangan, diskriminasi, dan monopoli oleh kaum elit,” ujar Ahmad Syaifuddin.
Menurutnya, tipe pemilih juga bermacam-macam. Ada pemilih rasional yang lebih fokus pada program kerja kontestan Pemilu, ada pemilih kritis yang melihat kesesuaian antara kemampuan menyelesaikan masalah dengan nilai ideologi yang dipahami.
“Ada juga pemilih tradisional yang cenderung melihat figur dan kepribadian dan mengabaikan program kerja. Pemilih jenis ini mudah dimobilisasi dalam memilih. Yang terakhir adalah pemilih skeptis yang tidak memiliki orientasi tinggi kepada kontestan Pemilu dan kurang mempedulikan program kerja,” jelas Ahmad Syaifuddin.
Ia turut menjabarkan mengenai beragam perilaku politik warga negara, di antaranya radikal, moderat, status quo, konservatif, dan liberal, serta fenomena golput yang meliputi golput teknis, golput teknis-politis, golput politis, dan golput ideologis.
Reporter : Ilma Amelia