Ban bekas dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan karet pelapis. Karet pelapis dari ban bekas ini lebih tahan lama dibanding buatan pabrik sehingga banyak digunakan di mobil maupun kendaraan lainnya.
Di Kabupaten Majene, ada orang yang menggantungkan hidupnya dari membuat ban bekas menjadi karet pelapis. Ia adalah Amri (66) warga Lingkungan Bukku Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae. Amri bisa membuat karet pelapis untuk mobil seperti karet landasan per, stabiliser, dan berbagai karet pelapis lainnya.
Kecenderungan pemilik kendaraan menggunakan karet pelapis buatan Amri disebabkan kurangnya penjual spepak (spare park) mobil di Majene. Apalagi jika mobil yang anda miliki bukan mobil sejuta umat -sebutan mobil toyota kijang- pasti akan kesulitan mendapatkan onderdilnya di Majene, termasuk karet pelapis.
Titik balik kehidupan Amri -akrab dipanggil Puaq- yang semula mengandalkan hidupnya dari tukang tambal ban menjadi pengrajin karet pelapis bermula dari membantu sopir pete-pete yang kesulitan mencari karet pelapis sokbreaker. Amri mencoba membuat karet pelapis yang dibutuhkan sopir pete-pete tersebut ternyata cocok dan pas bahkan lebih tahan dibanding suku cadang mobil pete-pete tersebut.
Rupanya sopir pete-pete menjadi agen iklan gratis bagi Amri karena sopir itu memberitahukan kepada teman seprofesinya tentang karet pelapis buatan Amri yang digunakannya. Selain sopir pete-pete, bengkel yang memasangkan karet tersebut juga menyebarkan informasi adanya karet pelapis pengganti buatan Amri, jika ada pemilik kendaraan yang kesulitan mencari suku cadang di toko-toko.
“Karet buatan pua (Amri) memang tahan karet terbuat dari ban mobil raksasa yang dimodel seperti bentuk aslinya, karetnya padat dan tahan dibanding karet yang dijual di toko-toko onderdil mobil,” kata Basri, tukang servis mobil yang bersedia mendatangi pasiennya (servis panggil).
Informasi dari mulut ke mulut itulah yang menyebarkan keberadaan karet pelapis mobil buatan Amri. Amri sekarang melayani konsumennya di rumahnya di Lingkungan Bukku -sebuah tempat yang terkenal karena penyelenggaraan Salat 27 Ramadan setiap tahun- sebelumnya ia membuka bengkel di Jalan Mesjid Raya Lingkungan Saleppa. Amri bermaksud menurunkan keterampilannya kepada anaknya sehingga bengkel miliknya dipindahkan ke kediamannya.
Dalam menjalankan usahanya, Amri hanya mengandalkan alat sederhana berupa pisau tajam, pahat, besi pelobang, dan palu. Karena itu, sangat membutuhkan tenaga besar untuk membuat karet pelapis. Dengan pisau yang tajam tapi tenaga kurang maka karet pelapis yang terbuat dari ban bekas tidak akan bisa jadi. Demikian pula sebaliknya, tenaga besar tapi pisau tumpul juga tidak akan bisa membuat karet pelapis. Jadi ketajaman pisau dan tenaga kuat harus bekerjasama.
Amri kini sudah merasa tua dan tenaga sudah berkurang. Olehnya itu, ia mengidamkan ada alat yang cukup bisa meringankan pekerjaannya, agar tenaga tuanya masih dapat digunakan. Namun penghasilan membuat karet pelapis tidak bisa diandalkan untuk membeli peralatan modern.
Pendapatan dari membuat karet pelapis tidak bisa dikatakan memuaskan tapi hanya cukup untuk kebutuhan mengepulkan asap dapur. Itu sebabnya, peralatan membuat karet pelapis milik Amri tidak pernah bisa meningkat apalagi jika akan membeli alat modern. Ia hanya bisa berharap Pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap nasibnya.(ari )