Tanggul proyek reklamasi rusak. Foto diambil pada Kamis (6/1).
Majene, mandarnews.com – Tanggul proyek reklamasi segmen tiga yang ada di Lingkungan Parapppe, Leppe, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene terlihat sudah mulai hancur.
Proyek yang memakan anggaran Rp3 miliar lebih dengan desain tanggul buis beton ini rupanya tak bertahan lama.
Proyek yang dikerjakan sejak pertengahan tahun 2019 dan selesai akhir 2019 ini terlihat sudah mengalami kerusakan. Padahal, masa pemeliharaan juga sudah selesai.
Ada tiga hingga lima titik kerusakan yang terlihat pada proyek ini, khususnya di bagian tanggul. Namun, salah satu titik terlihat mengalami kerusakan cukup parah yang panjangnya hingga belasan meter.
Sejumlah buis beton dan batu gajah yang menjadi bahan konstruksi tanggul terlihat terlempar jauh dari posisi seharusnya akibat gelombang. Bahkan, tak sedikit buis beton yang hancur berkeping-keping dan terlihat kosong di bagian ruang buis beton.
Padahal, kabarnya buis beton dengan tinggi 50 sentimeter itu diisi material sertu dan juga beton dengan komposisi 25 sentimeter untuk sertu dan 25 sentimeter untuk beton.
Warga setempat mengatakan, rusaknya tanggul itu terjadi pada saat terjadinya banjir rob yang melanda sejumlah wilayah pesisir yang ada di Kabupaten Majene.
Banjir rob atau gelombang tinggi sendiri terjadi di Majene pada pekan pertama Desember 2021.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Majene Ramli mengatakan, rusaknya beberapa meter tanggul yang ada pada segmen tiga proyek reklamasi adalah sesuatu yang tidak pernah disangka.
Padahal menurutnya, masalah konstruksi seperti teknis, perencanaan, dan pekerjaan sudah sesuai.
“Hanya saja kemarin ini memang karena bencana, apalagi peringatan dari BMKG sudah ada terkait gelombang tinggi. Memang dampak dari ini hampir merata pada wilayah pesisir Majene, bahkan Sulawesi Barat,” jelas Ramli, Kamis (6/1) saat dikonfirmasi.
Ia menyampaikan, semua memang karena bencana alam, karena untuk kekuatan, tanggul buis beton juga tidak kalah kuat dengan model beton lainnya.
“Semua jenis tanggul masing-masing ada tanggapan-tanggapan atau alasan teknisnya. Apalagi tanggul yang memang tidak terlalu berdampak pada benturan ombak adalah buis beton. Hanya memang arah gelombang atau hampir seluruh air laut berkumpul dan mengarah pada segmen tiga ini,” papar Ramli.
Ia mengatakan, untuk perencanaan ke depannya, khusus segmen tiga nantinya akan dibuatkan penahan atau pemecah ombak untuk menghindari kekuatan ombak secara langsung.
“Rencananya juga nanti akan dibuatkan aliran air sehingga ketika hujan dan air laut pasang maka otomatis air dapat kembali ke laut tidak tergenang,” imbuh Ramlj.
Hanya saja saat ini, lanjutnya, anggaran sedang tidak memadai. Ketika anggaran memadai nantinya pasti secara keseluruhan bersamaan dikerjakan dan membuat model piramida seperti di pelabuhan.
“Untuk pekerjaan selanjutnya dan perbaikan, kami nanti akan mengusul ke program dana tak terduga tanggap darurat bencana alam dari pemerintah daerah karena untuk Renja 2022 itu tidak masuk,” ujar Ramli.
Sebelum rusak, tanggul yang ada di segmen tiga proyek reklamasi sempat menjadi tempat favorit sebagian warga masyarakat Majene untuk berfoto-foto.
Hal ini karena nilai seni atau estetika dari tanggul dengan buis beton yang tersusun rapi sangat elok untuk dipandang. Belum lagi, pemandangan menikmati laut lepas dan juga sunset sangat baik.
Adapun karakteristik buis beton adalah konstruksi tidak masif, ditempatkan sejajar garis pantai, dan melindungi pantai di belakang struktur pengaruh gelombang dan arus.
Sedangkan keunggulan penggunaan buis beton adalah mudah dalam pelaksanaan konstruksi karena merupakan beton pra cetak, tidak perlu menggunakan alat berat, dan pemasangan lebih cepat. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia