Pers sendiri, dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.
Dan dalam penulisan pun wartawan sendiri harus mengacu pada kode etik jurnalistik. Sehingga, jika terjadi kesalahan ataupun kekeliruan dalam pemberitaan maka pers wajib melayani hak jawab maupun koreksi jika terjadi kesimpan siuran.
Jadi pada intinya, pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.
Namun, akhir – akhir ini jika dikaji lebih mendalam, telah banyak lahir undang – undang baru, yang cukup bertolak belakang dengan kebebasan pers.
Sehingga, bisa dibilang, kemerdekaan pers sendiri dalam menjalankan tugas – tugas jurnalistiknya pun cukup rentang untuk menjadi sebuah masalah. Hal tersebut telah terbukti, dengan sudah banyaknya kekerasan yang dialami seorang wartawan dalam menjalankan profesinya.
Apalagi, ketika seorang jurnalis menuliskan atau memberitakan suatu peristiwa yang cukup kontra terhadap kekuasaan atau bisa dibilang sesuatu yang bertolak belakang dengan kepentingan para elit.
Dalam catatannya, Organisasi Wartawan Nasional Indonesia, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, telah mencatat puluhan bahkan ratusan kekerasan yang dialami oleh seorang wartawan dalam bekerja.
Sebut saja untuk 2020 ini, AJI Indonesia telah mencatat 13 laporan kekerasan yang dialami oleh wartawan dalam menjalankan tugasnya.
Kekerasan pun bervariatif, mulai dari intimidasi, ancaman pembunuhan, pemukulan, peretasan akun, doxing hingga berujung pembunuhan.
Hal demikian, betul – betul mencederai kebebasan pers dan ujung – ujungnya akan berpengaruh pada keindepenan seorang pers.
Ini betul – betul membuktikan jika kebebasan suatu pers bukan lagi sesuatu yang disegani.
Bahkan tak jarang, sudah banyak wartawan yang dibunuh disebabkan pemberitaan yang tidak sesuai dengan keinginan penguasa.
Contoh, kasus yang terjadi pada 16 Agustus 1996 , yakni wartawan Udin atau yang memiliki nama lengkap Fuad Muhammad Syafruddin (Media Harian Bernas) yang mati terbunuh. Diduga, Udin mati terbunuh terkait pemberitaan korupsi di Bantul.