Warga Desa Balla Barat sedang memenun
MAMASA, mandarnews.com – Desa Balla Barat mendorong kreativitas masyarakat dengan bekerjasama PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) melestarikan tenun asli Mamasa. Tenun asli Mamasa perlu diperkenalkan lebih luas
“Pihaknya telah memberikan anggaran kepada pihak pengrajin yang dikelola oleh PKK agar memudahkan dalam ketersediaan bahan baku bagi penenun,” kata Demianus Demmanaba, sekretaris Desa Balla Barat, Rabu (13/2).
Menurutnya, tahun 2017 Pemerintah Desa Balla Barat telah memberikan anggaran Rp5 juta untuk pengadaan benang dan pelatihan yang diikuti oleh sejumlah pengrajin tenun, kepada kelompok tenun di Balla Barat yang dikelola PKK. Sekdes berharap, anggaran yang diberikan dapat digunakan sebaik-baiknya dan mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat dikelola selanjutnya.
Sementara Ketua PKK Balla Barat, Yusnia, saat ditemui di kediamannya hari yang sama mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Pemerintah Desa Balla Barat untuk membantu pengrajin tenun. Setiap dusun di Desa Balla Barat, kata Yusnia, memiki satu kelompok tenun beranggotakan 20 – 30 pengrajin tenun yang didominasi perempuan.
Yusnia mengakui telah menerima bantuan dari Pemerintah Desa Balla Barat berupa bahan baku tenun yakni benang dan telah melakukan pelatihan pada tahun 2017. Yusnia menjelaskan bentuk kerja sama antara pihak PKK dengan pemerintah desa dimana telah mengelontorkan dana ke kelompok-kelompok pengrajin tenun dan dikelola oleh PKK di tiap dusun.
” Bukan uang tunai yang diberikan kepada pengrajin namun pihak PKK menyiapkan bahan baku tenun yang dibutuhkan oleh pengrajin,” ungkap Yusnia sembari menyatakan harapan ke Pemda agar dapat mengenalkan tenunan khas Mamasa sehingga digemari orang banyak.
Menenun sarung khas Mamasa membutuhkan waktu yang cukup lama. Bisa menghabiskan waktu 5 – 7 hari untuk satu helai saring. Seperti yang disampaikan Sambo Paillin, salah satu pengrajin tenun dari Dusun Buttu Balla yang ditemui saat menenun, di rumahnya. Ia sedang menenun sarung putih atau sambuk bembe.
“Membuat Sambuk bembe membutuhkan waktu satu minggu dan menggunakan 8 dos benang termasuk motif sarung. Sebetulnya bisa selesai dalam empat sampai lima hari jika fokusnya hanya di situ, namun banyak pekerjaan lain yang musti dikerjakan yakni pekerjaan rumah tangga dan mengurus ternak,” tutur Sambo Paillin.
Sambuk Bembe hasil tenunan Sambo Paillin dihargai Rp400ribu. Harga Sambuk Bembe tergantung dari ukuran dan motifnya. Sambo Paillin berharap, Pemda bisa membantu pengrajin tenun untuk memasarkan hasil tenunan masyarakat.
Sambuk Bembe adalah sarung yang tergolong mempunyai nilai penting dalam pemahaman masyarakat Mamasa. Sarung tenun mempunyai nilai luhur, misalnya, sarung tenun hitam hanya bisa digunakan ketika menghadiri acara duka yang disebut masyarakat Mamasa Rambu Solo’.(MG-2)