
Rumah Suku Bajo. (Sumber foto: Liputan6.com)
Mandarnews.com – Seperti yang lazim diketahui, mayoritas masyarakat di Indonesia membangun rumahnya di atas tanah. Tapi, ada juga kelompok-kelompok yang memilih menempatkan huniannya di atas air.
Jika berbicara mengenai orang-orang yang tinggal di atas air, Suku Bajau atau Bajo adalah nama yang akan diingat pertama kali.
Dikutip dari Liputan6.com, beberapa wilayah di Indonesia yang terdapat Suku Bajo. Antara lain : di Kalimantan Utara (Nunukan, Tana Tidung, Tarakan, dan Bulungan). Di Kalimantan Timur (Berau, Bontang, Balikpapan, dll.). Di Kalimantan Selatan (Kabupaten Kotabaru disebut orang Bajau Rampa Kapis). Di Sulawesi Selatan (Selayar). Di Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo, dan sekitarnya). Serta di Sapeken Sumenep. Mereka juga dapat ditemui di wilayah Indonesia timur lainnya.
Selama lebih dari 1.000 tahun, suku ini menjelajahi perairan sehingga diberi julukan Pengembara Laut.
Karena mengandalkan laut untuk makanan dan segala hal lainnya, perlahan mereka mengembangkan kemampuan menyelam bebas yang luar biasa. Mereka terkenal sebab mampu menyelam paling lama tanpa menghirup udara dibandingkan manusia lain.
Mereka dapat menyelam hingga kedalaman sekitar 70 meter dengan menahan napas. Mereka menghabiskan lima jam dalam sehari di bawah air, dilansir dari intisari.grid.id.
Selain Suku Bajo, suku lain yang juga hidup di atas air adalah salah satu suku Papua. Suku ini bernama Serui Ansus dan diketahui berasal dari Pulau Yapen-Serui.
Berdasarkan laman iNews.id, masyarakat Serui Ansus banyak mendiami pemukiman di kawasan pesisir. Mereka membangun rumah di atas air atau lautan yang biasa disebut sebagai rumah berlabuh.
Sementara itu, di Kalimantan, tepatnya di Sungai Kapuas, terdapat Suku Air yang juga bertempat tinggal di sepanjang tepian sungai.
Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia. Airnya mengalir sepanjang 1.150 kilometer, dari wilayah Danau Sentarum di Kapuas Hulu menuju Pontianak, lalu bermuara di Selat Karimata.
Suku Air pun menjadikan Sungai Kapuas sebagai urat nadi kehidupan. Mereka menetap, berdagang, bermain, dan bekerja di sana.
Aliran sungai juga menjadi prasarana transportasi penting, seperti jalan raya. Tempat-tempat strategis, seperti persimpangan sungai atau tikungan sering menjadi pusat keramaian, dimana terdapat dermaga, warung, pasar, juga perkampungan.
Rumah orang Suku Air bermacam-macam. Ada rumah panggung yang dibangun di atas panggung atau tiang-tiang kayu. Ada juga rumah lanting, yaitu rumah yang dibangun di atas kayu gelondongan besar yang mengapung di atas sungai. Selain itu, ada rumah berjalan yang disebut rumah perahu bandong, dinukil dari bobo.grid.id.