Analisis Faktor Bio-Psiko-Sosial-Ekologis (BPSE) Terhadap Kelelahan Kerja Perawat di Wilayah Pesisir Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan.
Majene, mandarnews.com — Tim peneliti dari Program Studi Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat, yang diketuai oleh Bambang Hermawan, S.KM., MPH, dengan anggota peneliti Heriyati, S.KM., M.Kes, telah menyelesaikan sebagian besar rangkaian penelitian berjudul “Analisis Faktor Bio-Psiko-Sosial-Ekologis (BPSE) Terhadap Kelelahan Kerja Perawat di Wilayah Pesisir Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan.”
Penelitian ini dilaksanakan sepanjang tahun 2025 dan telah mencapai lebih dari 80% progres kegiatan, mencakup tahapan pengumpulan data, analisis, penyusunan laporan kemajuan, hingga publikasi hasil sementara dalam bentuk artikel ilmiah, HKI, dan poster penelitian.
Wilayah pesisir dikenal memiliki tantangan tersendiri dalam penyediaan layanan kesehatan. Perawat di daerah ini sering dihadapkan pada kondisi kerja yang berat, keterbatasan sumber daya, serta risiko kelelahan akibat beban kerja fisik dan mental yang tinggi.
Berangkat dari fenomena tersebut, tim peneliti mengembangkan kajian berbasis pendekatan Bio-Psiko-Sosial-Ekologis (BPSE) untuk menganalisis kelelahan kerja secara lebih holistik — dengan mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosial, dan ekologis.
Ketua peneliti, Bambang Hermawan mengatalan penelitian ini merupakan langkah strategis dalam mendukung peningkatan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kesehatan di daerah pesisir.
“Kelelahan kerja bukan hanya persoalan individu, tetapi juga sistemik. Dengan pendekatan BPSE, kami berupaya memetakan faktor penyebab secara komprehensif agar solusi yang dirumuskan benar-benar aplikatif di lapangan,” ujar Bambang.
Kegiatan penelitian dimulai dengan rapat persiapan pada 15 Juni 2025, diikuti dengan pengumpulan data primer dan sekunder pada bulan Juli hingga Agustus 2025.
Tim melakukan survei terhadap 150 perawat di wilayah kerja RSUD Majene dan fasilitas kesehatan pesisir lainnya.
Tahapan selanjutnya meliputi input dan analisis data pada awal November, serta penyusunan laporan kemajuan dan luaran penelitian.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa faktor beban kerja mental, kualitas tidur, dan kinerja perawat merupakan determinan utama yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelelahan kerja.
Sementara itu, faktor umur, jenis kelamin, lama kerja, masa kerja, dan lingkungan kerja tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, meskipun tetap memberikan kontribusi terhadap variasi tingkat kelelahan.
72% perawat memiliki kualitas tidur buruk, yang secara statistik berpengaruh terhadap peningkatan risiko kelelahan kerja.
46,7% responden mengalami beban kerja mental tinggi, yang terbukti menjadi faktor dominan penyebab fatigue di lapangan. Kinerja tinggi ternyata berkorelasi positif dengan kelelahan kerja akibat tuntutan performa dan tanggung jawab profesional yang besar.
Secara umum, tingkat kelelahan kerja berada pada kategori sedang (37,3%) dan rendah (34,7%), namun terdapat kelompok kecil (sekitar 28%) yang mengalami kelelahan tinggi hingga sangat tinggi.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengambil kebijakan di rumah sakit dan dinas kesehatan untuk menyusun strategi manajemen kelelahan, antara lain melalui pengaturan beban kerja, peningkatan kualitas istirahat tenaga kesehatan, dan sistem rotasi shift yang lebih ergonomis.
Hingga laporan kemajuan ini disusun, tim telah berhasil menghasilkan beberapa luaran penelitian, antara lain:
Artikel ilmiah yang sedang dalam proses submit ke jurnal nasional terindeks SINTA, HKI Poster Penelitian yang telah terbit resmi di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (HKI), HKI Penelitian dan poster ilmiah dalam tahap finalisasi, Abstrak dan prosiding seminar nasional yang telah terdaftar serta Publikasi media ilmiah terkait hasil penelitian.
Penelitian ini menjadi bagian dari roadmap riset jangka panjang (2025–2029) yang menargetkan pengembangan model intervensi berbasis BPSE dengan dukungan algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk diterapkan secara luas di fasilitas pelayanan kesehatan wilayah pesisir.
“Harapannya, hasil penelitian ini dapat diimplementasikan secara berkelanjutan dan memberi dampak langsung bagi peningkatan kesejahteraan perawat serta mutu pelayanan kesehatan di daerah pesisir,” tutur Heriyati, anggota peneliti.
Dengan capaian progres yang signifikan dan luaran penelitian
yang konkret, penelitian ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata Universitas Sulawesi Barat dalam memperkuat riset terapan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sekaligus mendorong peningkatan mutu layanan kesehatan di wilayah pesisir Indonesia. (Ptr/rls)
