Aksi demo aliansi mahasiswa peduli Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) di depan pintu gerbang Mesjid Agung Ilaikal Mashir berakhir ricuh, Kamis 25 Agustus 2016. Pasalnya, massa aksi yang berjumlah puluhan tersebut memaksa masuk ke depan lokasi pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Unsulbar di lantai I gedung mesjid tersebut.
Kejadian ini bermula saat panitia PKKMB yang terdiri dari mahasiswa Unsulbar sendiri mengejar 4 orang mahasiswa baru (maba) yang melarikan diri saat mengikuti PKKMB. Maba yang memakai jaket biru tersebut mengaku dipukul panitia yang mengejarnya. Sementara itu, tiga rekan maba yang keluar dari lokasi PKKMB berhasil melarikan diri.
Mengetahui kejadian tersebut, salah satu keluarga maba tersebut, Ramli masuk ke halaman mesjid dan mempertanyakan panitia yang telah memukul maba tersebut. Panitia PKKMB yang berada dilokasi tidak menanggapi hal. Mereka hanya menyaksikan aksi mahasiswa tersebut.
Massa aksi yang berada di pintu gerbang kemudian tersesulut emosinya. Mereka berusaha menembus pihak keamanan dari anggota Polres Majene. Akibatnya, sempat terjadi aksi saling dorong antara polisi dan mahasiswa. Beruntung, kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Ramli berusaha menenangkan massa sedangkan pihak kepolisian juga menarik diri.
Ramli mengatakan, maba tersebut ingin keluar dari lokasi PKKMB lantaran tidak terima diintimidasi dan ingin bergabung aksi menolak dugaan Pungutan Liar (Pungli) tersebut. Rencananya, Ramli akan melaporkan pemukulan yang dialami keluarganya kepada pihak kepolisian.
"Melihat tadi adanya intimidasi dari panitia bahkan ada pemukulan terhadap adik saya. Kami akan laporkan ke pihak yang berwajib. Mereka mau keluar karena diitimidasi di dalam. Dia (maba) ingin keluar untuk temani teman-teman disini aksi," kata Ramli.
Aksi demo tersebut berlangsung pukul 10.34 sampai sekitar pukul 11.55 wita. Massa aksi yang terdiri dari keluarga maba dan mahasiswa Unsulbar itu sendiri. Mereka menuding kegiatan PKKMB tersebut tidak sesuai aturan.
Jenderal lapangan aksi, Rafli dalam orasinya menuntut agar Rektor Unsulbar, Akhsan Djalaluddin dan Polres Majene mengusut tuntas dugaan pungli tersebut. Ia juga meminta kepada panitia untuk menghentikan intimidasi yang bersifat memaksa.
"Kembalikan uang pembayaran maba sebesar Rp. 300 ribu dan memberikan sanksi tegas terhadap oknum yang melakukan pungli," kata Rafli.
Massa aksi memberikan waktu dua hari kepada pihak panitia untuk memenuhi tuntutan mereka. Jika tidak, mereka akan kembali turun ke jalan dengan massa lebih banyak.
Setelah menyampaikan aspirasi, massa aksi kemudian membubarkan diri dengan tertib. Aksi tersebut dijaga ketat aparat dari Polres Majene. (Irwan)