Majene, mandarnews.com – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Majene mengunjungi pasar sentral Majene memantau harga bahan pokok, Selasa (21/4). Kunjungan ini dipimpin langsung Bupati Majene Dr H Fahmi Massiara bersama Forkopimda dan kepala OPD.
Fahmi Massiara menyebut dua indikator yang menjadi latar belakang kunjungannya ke pasar sentral Majene.
“Yang pertama adalah karena akan memasuki bulan suci Ramadan dan kedua karena menghadapi situasi adanya virus korona yang tengah mewabah,” jelasnya.
Hasil pemantauan, harga-harga holtikultura seperti cabai dan bawang mengalami kenaikan. Sembako juga mengalami hal yang sama seperti gula pasir dan beras. Kenaikannya bervariatif, tergantung pedangannya. Ada yang menaikkan Rp1000, ada yang menaikkan Rp2000, bahkan ada yang kenaikannya hanya Rp500.
Memasaki bulan suci Ramadan dan faktor kelesuan konsumen karena adanya himbauan tinggal di rumah menjadi alasan pedagang menaikkan harga.
“Tapi kami melihat, jika faktor kelesuan konsumen yang menjadi penyebab naiknya harga barang saya rasa itu tidak mungkin, seharusnya harga akan turun. Jadi saya kira ini terjadi, penyesuaian karena akan memasuki bulan suci Ramdan,” sebut Fahmi.
Dari hasil pemantauan ini juga ditemukan adanya penurunan pendapatan pedagang dibanding hari-hari sebelumnya. Dan dengan adanya virus korona ini, beberapa pedagang lebih memilih untuk tutup lapak dibanding beroperasi karena minimnya kunjungan konsumen.
Menyikapi berbagai temuan ini, kata Fahmi, TPID akan segera melakukan rapat karena dalam penanganan Covid-19 ada juga namanya penanganan dalam bidang ekonomi.
“Jadi apakah kita akan memberikan keringanan pada penangguhan pajaknya, atau seperti apa. Sehingga, para pedagang atau pelaku ekonomi tidak terlalu merasa terbebani di tengah pandemi Covid-19. Kemungkinan kita juga akan melakukan operasi pasar karena kita lihat persentase pedagang ini sekitar 80% yang aktif dan 20 % yang lesu,” tutupnya.
Sementara itu, salah satu pedagang bahan campuran di Pasar Sentral Majene, Sassiana menyebutkan bahwa belakangan ini permintaan pembeli sangat berkurang sementara harga bahan-bahan jualan mengalami kenaikan.
Ia mencotohkan, cabe dulunya dijualkan Rp11000 – Rp12000 Ribu perkilogram, sekarang sudah dijualkan Rp15000 perkilogramnya. Dulu harga tomat Rp8000 – Rp9000 perkilo, sekarang sudah Rp10000 perkilogram. Bawang merah, dulunya hanya Rp20000 sekarang menjadi Rp 35000 perkilogram. Sassiana menduga, harga-harga mulai menaik semenjak adanya wabah Korona.
Kendati kebanyakan harga mengalami kenaikan, namun ada juga yang mengalami penurunan. Yakni harga bawang putih, dari harga Rp41000 – Rp42000 perkilo sekarang menjadi Rp35000.
Tak hanya pedagang campuran yang mengeluh akibat kurangnya pembeli. Penjual ayam potong pun mengalami hal yang sama.
Hariana penjual ayam potong di Pasar Sentral Majene menyebutkan, semenjak adanya larang melangsungkan pernikahan, dan acara – acara yang sifatnya kerumunan, permintaan pembeli ayam potong sangat berkurang.
Sebelum adanya larangan tersebut, permintaan pembeli ayam potong perhari mencapai 20 – 40 ekor dalam sehari, bahkan bisa sampai 80 ekor jika ada kegiatan pesta pernikahan. Namun, semenjak adanya larangan tersebut dan adanya virus korona, ayam potong jualannya hanya bisa terjual 10 ekor saja dalam sehari. Ia berharap pemerintah dapat memberi solusai pada situasi saat ini, agar kelangsungan hidupnya tetap normal. (Putra)