Foto Bersama. Fasilitator dan peserta worksho[ safety journalist foto bersama, Minggu 29 Oktober 2017
Manado, mandarnews.com – Workshop Safety Journalist di Hotel Best Western Lagon, Manado, Sulawesi Utara (Sulut) memasuki hari kedua, Minggu 29 Oktober 2017.
Hari terakhir wokshop yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan The International Federation Journalist (IFJ) ini membahas soal keamanan jurnalis saat liputan.
Termasuk saat jurnalis itu mengalami masalah kekerasan fisik, non fisik maupun yang berhadapan dengan hukum. Kali ini, panitia menyediakan empat pemateri.
Antara lain, Kordinator AJI Indonesia Timur, Upi Asmaradhana, Divisi Advokasi AJI Indonesia, Aryo Wisanggeni, dari opini.co.id, Nining Damayanti dan AJI Kota Jayapura, Victor Mambor.
Pada kesempatan ini, Upi memberi pelatihan kepada sejumlah jurnalis tentang advokasi jurnalis. Kata Upi, poin utama dalam mengadvokasi itu adalah mengedukasi semua pihak yang terkait jurnalis.
“Esensi advokasi adalah edukasi tanpa batas. Semua pihak adalah kawan, termasuk lawan sekalipun. Biarkan publik yang memberi penilaian dan memberi penghukuman atas kasus yang berjalan,” kata Upi.
Dalam mengadvokasi, tim harus mengkaji mendalam segala bentuk kekerasan yang terjadi. Utamanya, meyakinkan publik bahwa jurnalis itu bekerja untuk mereka. Advokasi ini dilakukan untuk menjamin kebebasan pers yang profesional.
“Meskipun hakim memutuskan kita salah dan memenjarakan kita tapi dimata publik kita menang. Keberhasilan advokasi itu tercapai saat publik bersama kita,” jelas Upi.
Sementara itu, Aryo Wisanggeni lebih memberikan materi praktek dalam melakukan advokasi. Selain itu, Nining Damayanti bawa materi soal keamanan perangkat telekomunikasi para jurnalis yang juga dinilai sangat penting. Terakhir, Victor Mambor menjelaskan pengalaman saat meliput di Papua dengan memperhatikan faktor keselamatan. (Irwan Fals)