
Konferensi pers RSUD Majene atas beredarnya video pasien yang pulang dengan tangan terborgol.
Majene, mandarnews.com – Beredar video viral di sosial media yang memperlihatkanĀ seorang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene mengamuk hingga histeris.
Bahkan, terlihat dalam video tersebut, pasien yang diketahui berinisial F (37) yang beralamat di Kecamatan Banggae Timur ini tengah diborgol.
Menindaklanjuti kejadian tersebut, pihak RSUD Majene langsung melaksanakan konferensi pers untuk mengklarifikasi hal itu.
Mewakili Direktur RSUD Majene, Kepala Bagian Tata Usaha Ibrahim menjelaskan, awalnya F masuk di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Majene pada 29 Januari 2024 pukul 10:00 Wita dengan keluhan sakit pada bagian belakang.
Lalu, diberikan perawatan lanjutan dengan memasukkan F ke ruang perawatan Melati. Dari pemeriksaan tersebut, F disarankan untuk di-USG sebagai syarat pemeriksaan tambahan.
“Dari sini dokter menyarankan agar pasien puasa esok harinya dengan tetap dapat minum. Rabu (31/1) sekitar pukul 10:50 Wita, petugas radiologi meminta petugas Melati agar pasien dibawa ke ruang radiologi,” jelas Ibrahim.
Saat hari yang ditentukan, pasien kencing pada pagi hari sehingga disarankan banyak-banyak meminum air putih.
“Mungkin dari edukasi-edukasi yang diberikan perawat terhadap pasien, pasien merasa capek dan kurang nyaman. Padahal ini dilakukan agar pemeriksaan dan perawatan dapat maksimal,” ungkap Ibrahim.
Dari situ, F meminta agar keluar secara paksa dan tidak melanjutkan perawatan di RSUD Majene. Namun, petugas kembali memberikan edukasi agar pasien tetap dirawat sehingga keluhan pasien juga dapat diobati.
Apalagi, hal itu juga sesuai dengan aturan bahwa apabila seorang pasien pulang paksa maka BPJS-nya akan dinonaktifkan selama 30 hari.
“Makanya, kami pihak RSUD terus mengedukasi pasien agar tetap dirawat inap, namun pasien memaksa untuk tetap pulang, bahkan infusnya tercabut. Maka dari itu, petugas langsung meminta keamanan untuk diamankan, apalagi pasien juga tidak menandatangani surat apabila ingin pulang paksa,” tukas Ibrahim.
Dari situlah awalnya pasien memberontak, bahkan melakukan perlawanan fisik saat diamankan di ruang keamanan.
“Memang terpaksa harus diborgol sementara dan pihak keluarga juga ada saat itu. Ini dilakukan karena dikhawatirkan pasien melukai dirinya sendiri serta merusak barang dan lingkungan sekitar,” ujar Ibrahim.
Terkait pasien diborgol hingga ke rumahnya, RSUD Majene menyebut bahwa ini juga terpaksa dilakukan, apalagi pihak keluarga juga mengkhawatirkan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Itu untuk jaga-jaga saja dan kunci borgol itu juga ada di borgol. Makanya saat sampai di rumah pasien, pihak keluarganya inisiatif mengembalikan borgol itu,” kata Ibrahim.
Atas insiden ini, RSUD Majene juga telah menemui pihak keluarga pasien serta meminta maaf atas kejadian itu.
“Alhamdulillah pihak RSUD Majene juga telah menemui keluarga pasien serta meminta maaf. Tapi sejujurnya, kami RSUD Majene telah memberikan pelayanan yang maksimal dan sesuai dengan SOP,” sebut Ibrahim.
Dalam konferensi pers yang dilakukan, RSUD Majene juga telah berupaya meminta agar pihak keluarga pasien juga hadir, tetapi mereka tidak hadir karena sesuatu hal. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia