“Ada yang untuk mandi, mengambil air, bahkan cuci pakaian,” ungkap Aldi.
Sementara Andi yang juga warga Rantekatoan mengemukakan, akibat air PDAM tidak mengalir sekitar dua minggu, warga harus mondar-mandir angkat air dengan motor hingga delapan kali.
“Bukan hanya warga Rantekatoan saja yang mengalami hal serupa, warga Desa Bombong Lambe kadang juga datang ke sini untuk mandi, cuci pakaian, dan mengambil air,” papar Andi.
Merespons hal itu, Kepala Bidang (Kabid) Umum dan Keuangan PDAM Mamasa, Daniel B menerangkan, yng menjadi persoalan hingga sekarang adalah kondisi alam yang sering mengakibatkan kerusakan pipa PDAM saat longsor atau banjir.
“Persoalan lain yang juga memengaruhi adalah banyaknya tunggakan pelanggan. Sejak tahun 1999 hingga 2019, sekitar 60% pelanggan mengalami tunggakan yang bervariasi,” imbuh Daniel.
Sejak Desember 2018, lanjutnya, data pelanggan berjumlah 4.083. Dari 60% data pelanggan tersebut, biaya yangtertunggak mencapai sekitar Rp 1 miliar.
Sementara Direktur PDAM Mamasa, Awaluddin, saat dikonfirmasi media menyampaikan, di wilayah Rantekatoan banyak warga yang menunggak.
“Di sisi lain, ada kerusakan pipa di Parak, Kecamatan Tawalian akibat gempa,” ujar Awaluddin.
Hal yang juga memengaruhi, tambahnya, adalah ada beberapa sambungan ke rumah warga yang diduga dengan sengaja menghilangkan meteran air. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia