Saat beberapa warga dari Baruga Dhua sendiri dan warga Poppenga, Batu – Batu (Polman) memprotes penutupan jalannya secara penuh.
Majene, mandarnews.com – Beberapa warga yang bekerja sebagai petani di kelurahan Baruga Dhua dan Polman memprotes adanya penutupan jalan secara penuh. Hal tersebut disampaikan oleh salah satu relawan penjaga posko di Kelurahan Baruga Dua Acil (25) yang juga merupakan warga setempat.
“Beberapa warga protes akibat penutupan atau pembatasan jalan secara penuh di Perbatasan Kab. Majene – Polman yang ada di Puawang, Kelurahan Baruga Dhua. Sebab, beberapa warga Polman berkebun di Puawang. Begitupun sebaliknya, ada juga warga Majene yang berkebun di Polman. Sehingga dengan adanya pembatasan, maka untuk berkebun menjadi terbatas,” jelas Acil melalui telpon, Senin (25/5).
Menurut Acil, seharusnya ada petugas Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (TGTPP C-19) Kab. Majene yang mengerti aturan sebagai garda terdepan berjaga di Posko perbatasan, karena takutnya ada masalah baru.
“Apalagi selama ini kita mengerti masyarakat di kampung bagaimana. Makanya sempat beberapa relawan kewalahan menelpon orang karena warga terus memprotes,” tukas Acil.
Kata Acil, selain karena bertani menjadi terbatas, beberapa warga protes karena kurangnya sosialisasi kepada warga tentang adanya pembatasan akses atau penutupam jalan yang ada di Puawang – Poppenga (Polman).
Sehingga Ia berharap, agar pihak kelurahan proaktif melakukan sosialisasi, memberikan pengertian dan pemahaman kepada warga agar tidak terjadi masalah.
Kata Acil, sampai saat ini tidak ada toleransi atau pembukaan jalan untuk siapapun. Dan warga yang memprotes sudah dapat dikendalikan oleh relawan dengan terus memberikan pemahaman dan edukasi.
“Alhamdulillah pak, setelah warga diberi pemahaman semua terkendali. Apalagi sudah ada juga petugas keamanan, Lurah Baruga Dhua dan Camat Banggae Timur,” tutupnya.
Sementara itu, Lurah Baruga Dhua Mawahid saat dikonfirmasi, membetulkan bahwa pada pagi hari ada beberapa warga yang memprotes adanya pembatasan atau penutupan jalan di perbatasan. Akan tetapi sudah dapat dikendalikan sejauh ini.
“Warga yang memprotes sudah dapat dikendalikan. Sejauh ini lokasi aman. Sehingga sampai saat ini jalan ditutup mati. Apalagi ada pihak petugas dari kabupaten juga,” katanya.
Menurutnya, jika warga yang bertani diberikan toleransi, maka itu sama saja membukakan untuk lainnya. Sehingga, harus memang ditutup mati.
“Kami tidak akan membandingkan, gara-gara persoalan itu, sehingga kami di kelurahan juga disoroti jika ada toleransi atau perlakuan khusus kepada beberapa warga. Kami juga disini hanya menjalankan tugas.”
“Jadi kami menghimbau, agar warga atau masyarakat untuk sementara waktu menaati aturan. Apalagi ini kebaikan bersama. Bersabar lah sedikit, karena inikan batasnya juga sampai 26 Mei. Jadi dimohon untuk sabar, kami juga di kelurahan hanya menjalankan tugas, tolong dimaklumi,” tutupnya. (Putra)