Memasuki musim hujan, warga Desa Lombong Timur, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat diliputi keresahan. Pasalnya, abrasi di sungai Mosso semakin mengikis tebing sungai.
Tak hanya abrasi, warga juga paling meresahkan kemungkinan terjadinya banjir akibat sungai Mosso meluap.
"Seingatku pernah suatu ketika, kami di landa banjir bandang setinggi kurang lebih dua meter, untung rumah Saya masih lebih tinggi," tutur Lukman, warga Dusun Mosso Timur Desa Lombong Timur.
Dia menceritakan, di dusun Mosso Timur banjir melanda setiap tahun. Banjir rutin ini, lanjutnya, sudah terjadi puluhan tahun tapi sampai sekarang belum ada perhatian khusus dari pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat.
Menurutnya, warga sudah banyak menerima janji-janji baik dari anggota dewan maupun pejabat pemerintah yang pernah berkunjung. Hingga kini, janji-janji tersebut belum ada yang terealisasi sehingga warga menilai bahwa janji itu ibarat intan permata yang mustahil dapat diperoleh.
Warga Desa Lombong Timur mayoritas menyambung hidup dari hasil pertanian. Tapi harapan warga untuk menikmati hasil pertanian terkandaskan bencana banjir.
"Wilayah ini memang rawan banjir. Ada niat untuk pindah lokasi tapi kami berpikir dua kali sebab membuka lahan baru berarti memulai dari nol lagi," tutur Lukman, ayah dari empat anak ini.
Akibat banjir dan abrasi, jalan yang menghubungkan Desa Lombong Timur – Desa Bambangan itu menyempit. Dikuatirkan jika tidak segera ditangani, jalan tersebut dapat mengakibatkan korban jiwa terutama bagi pengendara.
warga lainnya, Saenal, mengutarakan bahwa oleh masyarakat setempat menyebut sungai mosso adalah sungai gila karena arusnya sering berputar bahkan hingga ke pinggir sungai. Dengan kondisi ini, lanjut Saenal, dibutuhkan tanggul yang super kuat untuk bisa menahan kekuatan arus sungai.
Karena abrasi pula, jarak bibir sungai dari rumah warga semakin dekat. Dulu, masih berjarak sekitar 80 meter tapi sekarang sudah 40 meter.
Dari hari ke hari, warga terus mengalami kerugian. Pohon kelapa yang menopang ekonomi warga satu persatu tumbang lalu dihanyutkan air sungai.
Dari taksiran sekilas, warga Desa Lombong Timur membutuhkan tanggul sepanjang 1500 meter. Tanggul ini akan melindungi 1515 warga atau 253 kepala keluarga.(busriadi)