Masjid Nurussalam Leppe Kabupaten Majene menantikan bantuan dari para dermawan
Media sosial telah terbukti banyak manfaat. Mulai dari pemanfaatan sarana bisnis, sosialisasi, berinteraksi, dan lain sebagainya. Bahkan terbukti bisa menekan kebijakan publik dan juga persoalan penegakan hukum.
Namun ada juga yang memanfaatkan media sosial untuk tindak kejahatan. Seperti penipuan.
Baru-baru ini, Saya/Penulis, nyaris menjadi korban penipuan menggunakan media sosial. Pelaku beraksi dengan berpura-pura menjadi seorang dermawan. Ia mencari masjid, musholla, ponpes, rumah tahfidz, TPA/TPQ madrasah, dan tempat ibadah lainnya untuk dibantu.
Untuk memuluskan aksinya, pelaku menggunakan massenger facebook milik orang lain. Tentu saja dibobol terlebih dahulu. Pada kasus ini, pelaku menggunakan akun Usman Suhuriah, anggota DPRD Sulbar. Pelaku, Usman Suhuriah palsu, lalu menghubungi saya, calon korbannya.
“Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar,barangkali kalau ada info untuk pembangunan masjid,musholla,ponpes,rumah tahfidz, TPA/TPQ madrasah dan tempat ibadah mohon di kabari🙏
Alhamdulilah ini saya dan kluarga ada sedikit rejeki ingin menyalurkan donasi untuk pembangunan tempat ibadah dan pendidikan🙏🙏,” tulis pelaku menggunakan massenger fb Usman Suhuriah.
Karena merasa mengenal pemilik akun Usman Suhuriah, saya lalu menyambutnya. Dan mengajukan proposal pembangunan masjid Nurussalam Leppe.
Proposal masjid Nurussalam diajukan pada Selasa (5/11/2024) melalui nomor whatsApp (WA) yang diberikan melalui massenger fb. Pelaku menanggapinya esok hari, Rabu (8/11/2024). Pelaku seolah layaknya sebagai dermawan yang akan akan menyalurkan bantuan menggunakan dana keluarga.
“Alhamdulila baik insallah ini nanti akan saya musyawahkan Terlebih dahulu dgn pihak keluarga saya Dan insallah ini nanti kalau Sudah setuju akan saya kongfrimasi kembali🙏,” balasnya melalui pesan WA.
“Semoga nanti bisa dapat membantu Dan semoga nanti apa yang di inginkan bisa dapat tercapai Dan terwujud🤲🤲🤲,” tulisnya lagi.
“Dan insallah ini nanti rencana saya Dan pihak keluarga saya juga mau berdonasi untuk pihak yys panti asuhan al hikmah yang Ada di parepare tapi ini tadi saya hubungi blum bisa tersambung dgn pihak yys panti asuhan al hikmah yang Ada di parepare🙏,” pelaku menambahkan pesannya.
Tak berselang lama, pelaku kembali mengirim pesan WA, disertai bukti transfer.
“Alhamdulila donasi dari saya Dan pihak keluarga saya Sudah saya transfer barokallah jazakumullah khoiron kathsiroh semoga bisa menjadi berkah Dan bermanfaat🤲🤲🤲.”
“Mohon maaf sebelumnya, ini tadi kan rencana saya dan keluarga saya ada 2 lembaga yang mau kami bantu yang pertama untuk pembangunan MASJID NURUSALAM dan yang kedua untuk pihak yayasan panti asuhan Al Hikmah yang ada di Parepare untuk pihak Yayasan panti asuhan Al Hikmah Parepare ini tadi kami hubungi belum bisa tersambung dan akhirnya donasi ini kami jadikan satu sekalian nitip amanah untuk pihak Yayasan panti asuhan Al Hikmah Parepare dan ini nanti akan kami kirimkan kontak WhatsApp Ust. Syafrizal selaku pengurus Yayasan panti asuhan Al Hikmah prepare minta tolong untuk di bantu di hubungi terlebih dahulu dan di sampaikan kalau ada amanah donasi dari kami dan pihak keluarga kami🙏🙏🙏,” kata pelaku.
Dari sini, di benak saya sudah mulai menyelinap rasa ragu.
“Kenapa berani ya, transfer uang untuk diteruskan lagi ke tujuan lainnya. Apa karena ke rekening masjid jadi percaya saja. Atau ini penipuan,” pikirku. Tapi saya mencoba menepis pikiran negatif itu.
Sementara masih mencari jawaban, tiba-tiba ponsel berdering. Seseorang melakukan panggilan WA. Setelah tersambung, ia memperkenalkan diri sebagai pengurus Yayasan Panti Asuhan Al Hikmah Parepare, Ust. Syafrizal.
“Saya ustadz Syafrizal pak, saya mendapat pemberitahuan bahwa dana kami ditransfer disatukan dengan masjid bapak. Saya tidak tersambung dengan donatur karena saya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ada anak panti yang mau dioperasi. Bagaimana pak, bisa diteruskan transfernya,” kata Syafrizal dari balik ponsel.
“Iya. Saya dapat pemberitahuan seperti itu. tapi belum dicek apa sudah ada dana masuk ke rekening atau belum,” jawabku.
Setelah itu, ia lalu memutuskan sambungan telpon. Lalu mengirim pesan WA.
“Alhamdulillah yaallah kebetulan sekali bapak posisi saat ini kami sedang ada di rumah sakit dan ada salah satu anak santri kami yang harus di oprasi hari ini bapak😭😭🙏🙏🙏.”
“Dan posisi anak santri kami saat ini sedang kritis bapak di rumah sakit blum bisa di tangani oleh pihak rumah sakit karena terkendala biaya administrasi rumah sakit anak santri kami🙏😭😭😭,” pesannya disertai foto seorang anak dengan selang-selang infus sedang terlentang di atas ranjang. Ia juga mengirim nomor rekening BRI atas nama Syafrizal.
Ia kemudian dengan kalimat memaksa dan dengan nada sedih melalui telpon Wa agar segera mentranfer uang. Ia bahkan meminta agar meminjamkan uang terlebih dahulu karena saya sampaikan bahwa rekening masjid belum bisa dicek sebab tidak memiliki akun mobile. Sehingga harus di cek manual rekening ke kantor bank.
Karena terus memaksa maka saya meminta alamatnya di Pare-Pare dan rumah sakit yang ditempati dirawat anak pantinya. Saya katakan bahwa kerabat saya di Pare-Pare akan langsung menemuinya.
Dengan permintaan itu rupanya membuatnya gusar sehingga keluar kalimat yang tak pantas dari mulutnya.
“Anji** Jangco….,” katanya lalu menutup telpon. Setelah itu Syafrizal tak pernah lagi menghubungiku.
Esok hari, ketua pembangunan masjid Nurussalam Leppe, H. Abdul Kadir, mengecek rekening masjid. Dan ternyata tidak ada transaksi masuk di rekening tersebut. Sudah jelas bahwa itu adalah modus penipuan yang berupaya mendapakan uang sebesar Rp.7juta.
Sementara, pemilik akun Usman Suhuriah berupaya saya hubungi. Melalui pesan WA, Usman Suhuriah yang asli hanya membalas dengan menulis “didelete ki ya.” Sedangkan melalui telpon Wa beberapa kali dilakukan tapi tidak pernah diangkat. Padahal ini penting untuk memastikan bahwa akunnya dibobol dan segera diamankan. (*)